Dhyta Caturani dan Upaya Menghapus Stigma Kiri

Reporter

Kamis, 24 Maret 2016 15:14 WIB

Aktivis perempuan Dhyta Caturani. TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Ada satu nama dibalik dua acara yang dibubarkan polisi, dua bulan terakhir. Dia adalah Dhyta Caturani. Dia merupakan ketua panitia pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta--yang sedianya digelar di Goethe Institute, Menteng, Jakarta Pusat, 16 Maret lalu--dan Belok Kiri.Fest, yang dijadwalkan berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, 27 Februari sampai 5 Maret lalu.


Namun Dhyta dan teman-temannya menolak tunduk. "Acara tidak boleh berhenti sebagai bentuk perlawanan terhadap represi," kata Dhyta seperti ditulis Koran Tempo, Kamis, 24 Maret 2016.


Dhyta kecewa karena pengelola Taman Ismail Marzuki melarang pelaksanaan Festival Belok Kiri pada menit-menit akhir. Padahal, dia melanjutkan, teman-temannya sudah memampangkan pernak-pernik di lokasi sejak empat hari sebelumnya. Menurut dia, panitia festival sudah menduga bakal ada tekanan akibat mengusung tema "kiri". "Tapi kami sepakat kata 'kiri' perlu mendapat tempat guna menghapus kesan mengerikan tentang kiri," kata dia.


Beruntung, LBH Jakarta datang untuk mempersilakan festival itu berlangsung di kantor mereka. "Kami memilih membongkar sendiri dan memasang seadanya di LBHJ," kata dia. Karena keterbatasan tempat, festival yang rencananya berlangsung seminggu dijadwalkan ulang menjadi tiap akhir pekan.



Advertising
Advertising



Festival Belok Kiri digelar di kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Sedangkan nonton bareng Pulau Buru Tanah Air Beta dipindahkan ke kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat. Kedua acara berlangsung di hari yang sama.


Kerja kerasnya terbayar saat kantor LBH Jakarta dipadati pengunjung saban akhir pekan. "Saya terkejut karena Belok Kiri menjadi pembuka mata bahwa anak muda tak melulu tidak peduli," kata Dhyta. Beberapa permintaan komunitas lokal dan kampus pun berdatangan meminta festival juga digelar di Medan, Semarang, Surabaya, Jombang, Malang, Bali, dan Makassar.


Semangat perlawanan Dhyta, 41 tahun, tumbuh sejak belia. Pada masa sekolah menengah atas, perempuan asal Surabaya ini mengirim surat dukungan kepada mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang pada awal 1990-an itu sering berorasi menentang pemerintahan Soeharto. "Dari situ saya pengen sekali kuliah di UGM," kata dia. Harapannya terkabul. Dalam penerimaan mahasiswa UGM 1994, namanya tercatat di Jurusan Sosiologi.


Masuk kampus impian tidak membuat Dhyta tunduk. Saat orientasi mahasiswa baru, dia menentang larangan pergantian kemeja orientasi studi dan perkenalan kampus. "Kasihan teman-teman muslim karena mereka salat harus dalam keadaan bersih," kata dia. Protes yang Dhyta galang berhasil mengubah aturan tersebut.


Pada hari terakhir orientasi, dia melanjutkan, mahasiswa baru diinstruksikan datang melihat pameran ilmiah di Gelanggang Mahasiswa. Di tengah jalan, ada sekumpulan mahasiswa tengah berorasi. Dia berbelok dan merasakan orasi pertama seumur hidupnya. "Waktu itu megafon digilir satu-satu, saya langsung maju dan menyebutkan kesalahan-kesalahan rezim Orde Baru," ujar Dhyta. Di bangku kuliah, Dhyta menyalurkan hasrat perlawanannya lewat komunitas diskusi Tegak Lima. Dia juga ikut dalam demonstrasi besar-besaran 1998.


Sebagai aktivis, Dhyta merasakan betul perbedaan represi masa Soeharto dengan sekarang. "Zaman Orba, pemerintah langsung mengatakan bahwa ini dilarang dan polisi bertindak jika itu dilanggar," kata dia. "Saat ini, polisi terkesan menekan pengelola gedung tempat acara dilaksanakan sehingga pengelola yang membubarkan acara."


Tekanan tidak langsung itu yang dia rasakan saat menggelar Festival Belok Kiri dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta. Menurut Dhyta, represi mungkin bakal menghadang. "Tapi gagasan tidak dapat dibungkam," kata dia.


DINI PRAMITA

Berita terkait

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

10 Desember 2023

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia ke-75 menghadirkan tema dan konsep berbeda di Indonesia, berikut ini tema dan isi deklarasinya.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya