Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Tito Karnavian saat memberikan penjelasan kepada media tentang kabel sampah di gorong-gorong. TEMPO/Ridian Eka Saputra
TEMPO.CO, Jakarta - Inspektur Jenderal Tito Karnavian yang nantinya berpangkat komisaris jenderal merasa tak memiliki beban diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Ia mengatakan bekerja di BNPT serasa kembali ke habitat.
"BNPT adalah kantor lama saya. Dua tahun saya bekerja di sana. Ini seperti kembali ke rumah sendiri," ujar Tito seusai pelantikan di gedung Istana Negara, Rabu, 16 Maret 2016.
Tito pun menuturkan sudah memiliki sejumlah program yang ia siapkan begitu mulai bekerja di BNPT. Apabila dijabarkan menjadi tiga tahapan, program itu meliputi pencegahan, penegakan hukum, dan rehabilitasi.
Rehabilitasi menjadi salah satu program utamanya. Tito mengatakan proses rehabilitasi yang ada sekarang belum cukup bagus, karena mereka yang direhabilitasi kembali melakukan tindak kejahatan. Lembaga pemasyarakatan yang seharusnya menjadi tempat rehabilitasi malah kerap digunakan teroris untuk mengkonsolidasikan kekuatan.
"Saya sudah punya konsep jelasnya. Doktoral saya kan di bidang itu, pencegahan dan rehabilitasi. Itu yang akan saya jalankan," ucap Tito. "Saya optimistis bisa bekerja baik di BNPT, karena saya cukup lama di bidang ini."
Berkarier di kepolisian sejak 1987, Tito dikenal sebagai polisi yang menggeluti bidang terorisme. Meskipun sempat diselingi memimpin Kepolisian Resor Serang pada 2005, Tito menghabiskan waktunya dari 2004 sampai 2010 di Detasemen Khusus 88 Antiteror. Ia juga pernah menjadi Deputi Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Sejak Bom Bali I hingga serangan teroris di Jalan Thamrin, Jakarta, pada 2016, nama Tito selalu ada dalam pengungkapan kasus terorisme.
Salah satu prestasi doktor lulusan Nanyang Technological University itu adalah berhasil menumpas Doktor Azhari di Malang pada November 2005.