180 Hektare Lahan Gambut Terbakar di Bengkalis

Reporter

Minggu, 13 Maret 2016 18:26 WIB

Tenaga ahli berlari di tengah guyuran hujan saat melakukan pemadaman di daerah Lebong Hitam, Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Metode Paku Bumi dilakukan dengan menggunakan pipa sepanjang 1,5 meter berdiameter sekitar 15 cm yang mengalirkan air ke dalam tanah. Air tersebut sudah dicampur dengan cairan kimia sehingga sangat efektif memadamkan bara api di lahan gambut. ANTARA/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan di wilayah pesisir timur Riau terus berlanjut. Titik api baru bermunculan di setiap daerah. Hingga kini 180 hektare lahan gambut di Bengkalis terbakar.

"Titik api baru terus bermunculan di beberapa kecamatan," kata Kepala Bidang Pemadam Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bengkalis Suiswantoro, kepada Tempo, Ahad, 13 Maret 2016.

Menurut Suiswantoro, titik api baru muncul di perkebunan kelapa di Des Muntai, Kecamatan Bantan, seluas 5 hektare kebun kelapa terbakar. Menurut Suiswantoro, petugas kesulitan memadamkan api lantaran lokasi berada tidak jauh dari pantai. Tiupan angin laut membuat api mudah meluas. "Kebakaran terjadi sudah tiga hari," ujarnya.

Kebakaran lahan baru juga terjadi di Desa Bantan Sari, Kecamatan Bantan seluas 2 hektare. Sedangkan di Rupat, kebakaran di Desa Tanjung terus meluas sampai Desa Mersing dengan lahan terbakar seluas lebih 30 hektare.

Sedangkan titik api di Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Siak Kecil sudah berangsur padam, namun petugas masih perlu berada di lokasi menjaga lahan agar tidak kembali menyala.

Menurut Suiswantoro, titik api di Bengkalis sempat padam selama tiga hari. Namun minimnya curah hujan diiringi cuaca panas melanda daerah itu membuat titik api terus bermunculan. Dia menuding kebakaran lahan di Bengkalis kebanyakan akibat unsur kesengajaan pihak tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan.

"Kondisi cuaca ekstrim di Kabupaten Bengkalis dan ulah oknum yg tidak bertanggung jawab menggunakn api untuk tujuan tertentu di daerah rawan menyebabkn terjadinya karhutla," jelasnya.

Kebakaran lahan di Bengkalis mulai mencemari kualitas udara akibat kabut asap sisa kebakaran lahan. Kabut asap tipis tampak menyelimuti daerah itu menjelang malam hari. "Kabut asap tipis menyelimuti Bengkalis menjelang malam hari, " katanya.

Kebakaran lahan dua pekan terakhir marak terjadi di sejumlah daerah di Riau. Terakhir Satuan Tugas penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan Riau mencatat, secara keseluruhan luas hutan yang terbakar di Riau mencapai 300 hektare.

Titik api baru terus bermunculan dan membakar lahan gambut. Di Kota Dumai luas lahan yang terbakar bahkan mencapai ratusan hektare. Kebakaran lahan bahkan merembet ke kawasan Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil. Namun kebakaran lahan Riau Sejauh ini belum menimbulkan bencana kabut asap. Riau menyatakan darurat kebakaran lahan hingga 3 bulan kedepan.

RIYAN NOFITRA

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

47 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

49 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya