Sungai Citarum Meluap, Ribuan Warga Mengungsi
Editor
Martha Warta Silaban
Minggu, 13 Maret 2016 17:52 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Akibat banjir dari luapan anak Sungai Citarum, ribuan warga di empat kecamatan di Kabupaten Bandung terpaksa harus meninggalkan rumahnya. Banjir sudah menggenangi hampir di seluruh tempat tinggal mereka, dengan ketinggian antara 30-250 sentimeter.
Empat kecamatan yang paling parah terkena dampak banjir tersebut, yakni Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, Bojong Soang, dan Banjaran. Selain di wilayah tersebut banjir pun menggenangi 9 kecamatan lainnya di Kabupaten Bandung.
Berdasarkan pantauan Tempo, Minggu, 13 Maret 2016, banjir sudah penuh menggenangi sebagian wilayah di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang dan Baleendah. Tak hanya menggenangi pemukiman warga, banjir pun menggenang di sejumlah titik jalan utama di kawasan tersebut, setinggi paha orang dewasa. Arus lalu lintas pun terpaksa dialihkan ke jalur alternatif.
Selain itu, akibat banjir tersebut, pasar Dayeuhkolot pun berhenti beraktivitas. Seluruh toko dan jongko di kawasan perdagangan yang terletak di tengah perbatasan Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot tersebut tampak tutup.
Sebab banjir telah menggenangi jalan dan toko-toko mereka setinggi betis hingga pinggang orang dewasa.
Kepala Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Tata Irawan mengatakan jumlah pengungsi hingga saat ini masih belum bisa dihitung. Namun, diperkirakan berdasarkan banyaknya warga yang terdampak, jumlah pengungsi mencapai ribuan
"Masih belum kami hitung, karena masih banyak warga yang baru datang. Kalau warga yang terdampak diperkirakan mencapai kurang lebih 7500 warga," kata Tata kepada Tempo, Minggu, 13 Maret 2016.
Ia mengatakan, apabila hari ini hujan kembali mengguyur kawasan hulu dan hilir Sungai Citarum, kemungkinan jumlah pengungsi akan bertambah. "Kalau sore ini hujan, nanti malam kita tidak tahu, pasti banyak yang mengungsi," ujar dia.
Menurutnya, sampai Minggu sore ini, ketinggian air masih belum menunjukan penyurutan yang signifikan. "Surutnya dikit-dikit. Kami waspadai kalau sore atau malam ini hujan kembali turun," kata dia.
Tata mengatakan, untuk saat ini, pemerintah telah menetapkan status tanggap darurat bencana. Hal ini dilakukan, untuk mencegah kemungkinan dampak banjir akan semakin parah. Selain itu, pihaknya telah menyiapkan 9 posko pengungsian di tiga kecamatan dan dua dapur umum.
Aristo Wibowo, 40 tahun, warga Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, mengatakan sejak malam rumahnya telah direndam banjir setinggi 1 meter lebih.
"Sejak itu saya langsung ke tempat pengungsian. Enggak sempat selamatkan barang-barang. Karena air cepat naiknya," ujar Aristo kepada Tempo di tempat pengungsian Kantor Kecamatan Dayeuhkolot.
Aristo pun mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah selama ia menempati rumah di kawasan Dayeuhkolot. "Sebenarnya, saya sudah melakukan persiapan kalau banjir. Barang-barang disimpen di tempat lebih tinggi. Tapi, ternyata tidak sesuai dengan prediksi kami, banjir kali ini ternyata lebih tinggu. Barang-barang saya semua tergenang," ujar dia.
Banjir tersebut diakibatkan hujan deras yang mengguyur di kawasan hulu Sungai Citarum sejak Sabtu sore hingga malam hari, 12 Maret 2016. Selain itu, penyebab banjir dikarenakan masalah kondisi sungai Citarum yang mengalami pendangkalan dan penyempitan akibat alih fungsi lahan.
IQBAL T. LAZUARDI S