TEMPO.CO, Sofia- Pertumbuhan guru honorer dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan luar biasa dan jauh di atas pertumbuhan siswa di seluruh Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies R. Baswedan mengatakan
keputusan pengangkatan guru honorer dilakukan di tingkat bawah yang sebenarnya tidak punya kapasitas untuk mengangkat pegawai tetap.
"Pengangakatan dilakukan sedikit-sedikit, tapi ketika dihitung secara nasional jumlahnya naik drastis," ujarnya di Sofia, Bulgaria, akhir pekan ini.
Menteri Anies dijadwalkan menjadi pembicara utama dalam konferensi internasional di bawah Dirjen UNESCO Irina Bokova, bekerja sama dengan lembaga riset seperti Geneva Spiritual Appeal Swiss dan Public Policy Institute Bulgaria pada 10-12 Maret 2016.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah guru PNS meningkat 23 persen dari tahun 2000 hingga 2015, yaitu dari 1,42 juta menjadi 1,75 juta. Guru honorer pada periode yang sama meningkat 860 persen, dari 84,6 ribu menjadi 812,1 ribu. Adapun jumlah siswa meningkat 17 persen, yaitu dari 37,9 juta menjadi 44,5 juta.
Jika dibandingkan dengan tahun 1999/2000 ketika desentralisasi mulai dilaksanakan, jumlah guru honorer meningkat hampir 10 kali lipat dapri 84,6 ribu menjadi 812,1 ribu, tidak temasuk guru honorer yang telah diangkat menjadi PNS dan tidak termasuk guru honorer di madrasah.
Menurut Anies, jika daerah membutuhkan, pengangkatan guru honorer bisa dilakukan. "Masalahnya mereka maunya di tempat yang sama, padahal sudah berlebihan," ujarnya. "Kalau guru mau diangkat semua, saya tidak tahu mau ditempatkan di mana."
Anies mengatakan sebagian guru-guru honorer tulus ingin mengajar dan mengabdi sebagai guru dengan baik. Untuk itu harus ada perundangan untuk mengatur rekrutmen guru honorer di sekolah negeri. "Masalah guru honorer tidak akan pernah selesai bila terus terjadi rekrutmen tanpa perencanaan yang baik," ujarnya.
ERWIN ZACHRI (SOFIA BULGARIA)
