Suasana kepanikan warga sesaat setelah gempa berkekuatan 8,3 SR mengguncang Padang, Sumatera Barat, 2 Maret 2016. Warga terlihat berbondong-bondong menuju zona hijau yang terletak di kawasan By Pass hingga Limau Manis dengan berjalan atau menaiki mobil pick up. TEMPO/Andri L Faruqi
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan peringatan tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika masih didasarkan dari modeling. Banyak buoy atau penanda apung yang rusak dan tidak berfungsi sehingga potensi tsunami di lautan tak diketahui.
"Sehingga buoy tsunami yang ada di perairan Indonesia hingga saat ini belum memberikan laporan adanya tsunami," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 2 Maret 2016.
Sutopo mengatakan sumber gempa berasal dari sistem patahan Investigator Fracture Zone (IFZ) di Samudera Hindia menyebabkan pergeseran lempeng secara mendasar sehingga tidak akan membangkitkan tsunami besar. Berupa sistem sesar transform.
Gempa bumi yang baru terjadi ini mirip dengan gempa bumi di barat daya Simeulue pada 11 April 2012 lalu. Goncangan dirasakan di Padang dengan kekuatan III MMI atau lemah. "Laporan sementara aman," kata dia.
Sementara posko yang didirikan BNPB masih mengkonfirmasi dampak gempa tersebut. Sementara itu, komunikasi dengam BPBD Mentawai masih terus dilakukan.
Sejauh ini, belum ada korban jiwa, kerusakan, ataupun informasi tsunami di pantai barat Sumatera mulai dari Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu dan Lampung. BNPB masih terus berusaha memperoleh informasi dari BPBD.