Warga Tengger melintas kawasan pos Jemplang di gunung Bromo, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, 6 Januari 2016. Sampai saat ini, gunung dengan pemandangan yang eksotis ini masih mengeluarkan kepulan asap pekat. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Probolinggo - Aktivitas erupsi Gunung Bromo dilaporkan turun drastis, Senin, 22 Februari 2016. Kecenderungan penurunan aktivitas erupsi ini tampak dari data pengamatan secara visual ataupun kegempaan di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan pengamatan kegempaan pada pukul 06.00-12.00 WIB, gempa tremor terjadi dengan amplitudo maksimum 1-2 milimeter dan dominan 1 milimeter.
Dari pengamatan secara visual, material vulkanik yang keluar dari kawah Bromo hanya berupa asap tipis berwarna putih dengan tekanan lemah. Ketinggian asap 100 meter dari puncak kawah atau 2.429 meter di atas permukaan laut.
Tidak tercatat adanya gempa letusan seperti sebelumnya. Kendati demikian, status Gunung Bromo masih di level siaga. Kepala Bidang Pengelolaan Wilayah I Kabupaten Probolinggo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Sarmin membenarkan kabar bahwa aktivitas erupsi Bromo kian menurun. "Ada kecenderungan menurun," ujarnya.
Karena penurunan aktivitas baru terjadi pada Senin pagi ini, jumlah pengunjung belum beranjak naik. Berdasarkan hitungannya, dalam sehari Bromo masih dikunjungi sekitar 30 orang.
Titik yang ramai dikunjungi, kata dia, adalah Seruni Point. "Karena pengunjung hanya membayar ke pemerintah daerah, tidak ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," katanya.
Kendati aktivitas erupsi Bromo ada kecenderungan menurun, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru belum mencabut batas radius yang boleh dikunjungi, yakni 2,5 kilometer dari pusat kawah aktif.
Status aktivitas Bromo dinyatakan naik menjadi siaga atau level III dari sebelumnya waspada atau level II oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 14 Desember 2015. Status siaga itu terus bertahan hingga Senin, 22 Februari 2016.