Survei BPS: Perilaku Antikorupsi Masyarakat Menurun  

Senin, 22 Februari 2016 13:06 WIB

Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik. TEMPO/Rezki Alvionitasari.

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyebutkan hasil survei instansi yang dipimpinnya menyebutkan ada perbedaan antara persepsi dan pengalaman masyarakat terkait dengan sikap antikorupsi. “Dari segi persepsi, kesadaran masyarakat meningkat dari 2013 hingga 2015. Artinya, keinginan dan persepsi masyarakat makin menunjukkan antikorupsi," kata Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin, 22 Februari 2016.

Namun, kata Suryamin, pengalaman antikorupsi masyarakat lebih rendah dibanding persepsinya. Menurut data BPS, terjadi penurunan dari angka 3,49 pada 2014 menjadi 3,39 pada 2015. "Ini artinya kejadian di lapangan masih menunjukkan (ada perilaku korupsi).”

Suryamin menjelaskan, hasil survei menunjukkan perilaku antikorupsi masyarakat Indonesia tahun 2015 dari skala 0 sampai 5 sebesar 3,59. "Ada penurunan 0,02 poin dibandingkan survei tahun 2014 sebesar 3,61," ujarnya.

Nilai indeks yang semakin mendekati 0, kata Suryamin, menunjukkan masyarakat permisif terhadap korupsi. Sedangkan nilai yang makin mendekati 5 memperlihatkan masyarakat semakin antikorupsi.

Dalam surveinya, BPS mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai pengalaman mereka dengan sepuluh pelayanan publik. Khususnya terkait dengan pengalaman penyuapan, pemerasan, dan nepotisme. Beberapa pelayanan publik yang disurvei adalah pengurusan segala sesuatu di RT dan RW, seperti perpanjangan KTP, pengurusan di desa, di kepolisian, dan pengurusan listrik di PLN.

Selain itu, pelayanan publik di rumah sakit dan puskesmas, sekolah, lembaga peradilan, KUA, dinas kependudukan, dan bidang pertanahan juga tak lepas dari survei BPS. "Jangan dibayangkan bahwa (survei ini) adalah korupsi yang besar. Belum sampai ke sana," tutur Suryamin.

Deputi Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Pahala Nainggolan mengatakan pihaknya sangat tertarik dengan keluarnya survei tersebut. "KPK melihat hasil ini normal-normal saja, persepsi meningkat. Secara sederhana, bisa digambarkan bahwa masyarakat sekarang sudah lebih tahu," ucapnya.

Pahala gembira karena perilaku "memberi" yang dulu dianggap biasa-biasa saja sekarang menjadi tidak wajar menurut masyarakat. "Kalau dibawa ke praktek, mereka terpaksa ikut di pelayanan publik," ujarnya. "Bisa jadi pelayanan yang memburuk."

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

18 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

22 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

10 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

11 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

11 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

29 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya