Konsumen menggunakan tas belanja nonplastik di salah satu minimarket di Kota Bogor, 21 Februari 2016. ANTARA/Arif Firmansyah
TEMPO.CO, Banda Aceh - Kota Banda Aceh menjadi satu dari delapan daerah percontohan (pilot project) program kantong plastik berbayar di Indonesia. Program ini diberlakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang sangat berbahaya di bumi.
Program kantong plastik berbayar ini diluncurkan secara resmi oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal di Suzuya Mall, Ahad, 21 Februari 2016. “Hari ini secara resmi, kami luncurkan program kantong plastik berbayar di Banda Aceh,” katanya. Ikut hadir dalam acara itu, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh Iskandar, perwakilan pengusaha, badan usaha milik negara, dan berapa komunitas.
Illiza juga menandatangani Deklarasi Kantong Plastik Berbayar sebagai bentuk komitmen para pihak guna mewujudkan Kota Banda Aceh bebas dari sampah pada 2020. Dengan kebijakan tersebut, warga akan dikenai biaya tambahan untuk setiap kantong plastik yang diperlukan guna berbelanja. "Biayanya sudah kami tetapkan Rp 500 per satu kantong plastik."
Untuk tahap awal, plastik berbayar diterapkan di pusat-pusat perbelanjaan modern, seperti Suzuya Mall dan Pasar Setui, Banda Aceh. Wali Kota mengimbau warga membudayakan membawa keranjang dari rumah saat hendak berbelanja. “Ayo, ibu-ibu, kita belanja cantik tanpa kantong plastik mulai saat ini,” tutur Illiza.
Pada kesempatan tersebut, sejumlah duta lingkungan Aceh turut membagi-bagikan puluhan tas belanja berbahan kain kepada para pengunjung.
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
30 November 2022
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri
Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.