Sejumlah pelajar berwisata di kawasan hutan mangrove Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, 15 Januari 2016. Sejumlah kawasan ekowisata hutan mangrove bermunculan sebagai alternatif wisata di Indonesia. ANTARA/Rivan Awal Lingga
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,11 juta hektare namun 1,08 juta ha rusak. "Padahal 20 persen mangrove di dunia ada di Indonesia," kata Direktur Jendral Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hilman Nugroho pada Kamis 11 Februari 2016.
Menurut Hilman, KLHK mendorong konservasi mangrove sebagai kawasan hutan lindung. Mangrove, kata dia pada acara pertanggungjawaban penggunaan dana ORI-010 di Hotel Double Trees Jakarta, memiliki keunikan karena menyerap karbon 3-4 kali lebih banyak dari hutan darat.
Mangrove hanya bisa hidup di tropis. Namun, penanamannya harus disertai kadar salinitas yang tinggi, harus ada pasang surut, dan harus ada lumpur. "Kurang dari itu tidak bisa hidup," katanya.
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mendukung penanaman mangrove di daerah pesisir. Hilman mengapresiasi Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia yang mampu menanam sekitar 300 ribu batang mangrove selama dua tahun.
Ia memperhitungkan dalam satu hektar dapat ditanami 3.000 batang mangrove. "Apabila 300 ribu batang berarti sudah menanami 300 hektar, ini luar biasa," katanya.
Apabila mangrove sudah membesar, kata dia, daratan makin bertambah. Salinitas di daerah tertanam mangrove pun berkurang sehingga dapat digunakan sebagai lahan pertanian masyarakat. "Inilah yang bisa jadi nilai tambah," kata dia.
Pertamina melalui Program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan (TJSL) Hutan Pertamina, pulihkan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT).