Rawan Terjerat Hukum, Kepala Desa Ini Minta Raskin Dihapus

Reporter

Editor

Grace gandhi

Jumat, 12 Februari 2016 04:34 WIB

Beras untuk orang miskin. Tempo/Andri Prasetyo

TEMPO.CO, Sumenep - Darussalam, 35 tahun, Kepala Desa Masalima, Kecamatan Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, meminta pemerintah menghapus program bantuan beras untuk keluarga tidak mampu. Alumnus IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta ini menilai program raskin rawan membuat kepala desa terjerat perkara hukum.

Dia mencontohkan dalam aturan disebutkan penyaluran raskin harus tepat sasaran. Raskin harus diberikan kepada rumah tangga sasaran yang ada daftar penerima raskin yang dikeluarkan pemerintah pusat.

Menurut Darussalam, aturan ini sulit diterapkan karena data penerima raskin yang dikeluarkan pemerintah pusat tidak akurat. Di Desa Masalima, data penerima raskin 337 keluarga. Sedangkan hasil pendataan dari rumah ke rumah yang dilakukan kepala dusun mendapati jumlah warga tidak mampu sebanyak 1.500 keluarga.

"Data ini sudah dimasukkan data sensus BPS, tapi kok tidak dipakai, masih pakai data lama," kata Darussalam, Kamis, 11 Februari 2016.

Timpangnya data penerima ini, menurut Darussalam, menyulitkan kepala desa mematuhi aturan. Jika beras diberikan hanya kepada warga yang terdata, maka warga miskin yang tidak terdata akan protes. Untuk menghindari protes lebih jauh dari warga, Darussalam mengaku terpaksa membagi rata raskin tersebut. "Masih ada satu RT yang belum kebagian," ujar Darussalam.

Selain masalah data yang tidak valid, penebusan raskin juga menjadi beban bagi kepala desa. Untuk penebusan termin ke 3 serta bantuan raskin ke 13 dan 14, Darussalam mengaku harus berutang sebanyak 48 juta untuk menebus rakin. Dia terpaksa berutang karena Pemerintah Daerah Sumenep tidak mau menalangi dana tebusan raskin.

"Pemda mengharuskan kami bayar dimuka, mau tidak mau harus ngutang, uangnya saya setor ke Sekcam Masalembu," terang dia.

Darussalam menambahkan hampir sebulan sejak uang tebusan disetor, jatah raskin belum juga turun. Tidak hanya di Desa Masalima tapi juga desa lain di Kabupaten Sumenep. "Sampai sekarang tidak ada penjelasan kenapa tidak turun, saya pusing karena uangnya hasil ngutang," ungkap dia.

Soal belum turunnya raskin, Sekertaris Daerah Kabupaten Sumenep, Hadi Soetarto membenarkan. Namun, menurut Hadi, hambatan penebusan raskin bukan dari Pemkab Sumenep. "Masalahnya di Bulog, raskin urusannya Bulog," kata dia.

Tidak dijelaskan apa pasal yang jadi hambatan. Namun menurut Hadi, Pemkab Sumenep yang diwakili Kepala Bagian Perekonomian pernah diundang ke Kementerian Sosial untuk membahas hambatan penyaluran raskin dan Jumat pekan ini kembali diundang untuk membahas raskin dengan Bulog Jawa Timur. "Soal uang tebusan itu juga urusannya dengan Bulog," ujar Hadi.

MUSTHOFA BISRI






Berita terkait

Soal Hilirisasi, Prabowo Pamerkan Kebijakan Jokowi hingga Dampaknya ke BLT, Raskin dan BPJS

17 Desember 2023

Soal Hilirisasi, Prabowo Pamerkan Kebijakan Jokowi hingga Dampaknya ke BLT, Raskin dan BPJS

Capres Prabowo Subianto berbicara panjang lebar soal kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang diinisiasi oleh Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Dijuluki sebagai Kampung Pengemis, Warga di 4 Daerah ini Mayoritas Meminta-minta

14 Agustus 2023

Dijuluki sebagai Kampung Pengemis, Warga di 4 Daerah ini Mayoritas Meminta-minta

Kampung pengemis adalah julukan untuk menyebut suatu daerah yang mayoritas penduduknya mengemis. Baik itu yang miskin atau berkecukupan.

Baca Selengkapnya

Kadar Oksigen Tinggi, Pulau Giliyang di Sumenep Jadi Destinasi Wisata Kesehatan

8 Juli 2023

Kadar Oksigen Tinggi, Pulau Giliyang di Sumenep Jadi Destinasi Wisata Kesehatan

Wisatawan membanjiri Pulau Giliyang di Kabupaten Sumenep karena memiliki kadar oksigen di atas rata-rata sehingga menjadi destinasi wisata kesehatan.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Ingin Rebranding Pariwisata Sumenep: Islami, Indonesiawi, Madurawi

3 April 2022

Sandiaga Uno Ingin Rebranding Pariwisata Sumenep: Islami, Indonesiawi, Madurawi

Sandiaga Uno memaparkan destinasi wisata menarik di Kabupaten Sumenep. Mulai dari wisata alam, wisata religi, wisata sejarah, hingga ekonomi kreatif.

Baca Selengkapnya

Wisata ke Sumenep Tak Perlu Uang Tunai, Pakai Kartu Wisata

6 Maret 2020

Wisata ke Sumenep Tak Perlu Uang Tunai, Pakai Kartu Wisata

Kartu Wisata Berlangganan dibuat bersama Bank Jatim, BRI, dan beberapa bank yang memiliki kantor cabang di Kabupaten Sumenep.

Baca Selengkapnya

Soroti Program KJP, Dewan Sebut Kriteria Miskin Belum Jelas

7 Desember 2019

Soroti Program KJP, Dewan Sebut Kriteria Miskin Belum Jelas

Komisi E DPRD DKI menyatakan kriteria miskin di Jakarta belum jelas, terkait program KJP dan raskin.

Baca Selengkapnya

Didukung Mensos, Bulog Siapkan 700.000 Ton Beras untuk BPNT

2 Juli 2019

Didukung Mensos, Bulog Siapkan 700.000 Ton Beras untuk BPNT

Bulog sudah menyiapkan stok 700 ribu ton beras untuk layanan BPNT periode Juni- Desember 2019.

Baca Selengkapnya

Bulog Lepas 50 Ribu Ton Beras Tak Layak Konsumsi dari Gudang

2 Juli 2019

Bulog Lepas 50 Ribu Ton Beras Tak Layak Konsumsi dari Gudang

Kondisi beras Bulog itu sudah rusak dan tidak bisa dikonsumsi lagi karena disimpan terlalu lama.

Baca Selengkapnya

Gempa Sumenep, Jumlah Korban Luka Bertambah Jadi 6 Orang

14 Juni 2018

Gempa Sumenep, Jumlah Korban Luka Bertambah Jadi 6 Orang

Jumlah korban gempa akibat gempa Sumenep pada Rabu malam bertambah. BNPB masih terus melakukan pendataan.

Baca Selengkapnya

Gempa Sumenep, BPBD Siapkan Bantuan Sembako dan Selimut

14 Juni 2018

Gempa Sumenep, BPBD Siapkan Bantuan Sembako dan Selimut

Gempa Sumenep terjadi pada Rabu malam, 13 Juni pukul 20.06 WIB dengan kekuatan 4,8 SR.

Baca Selengkapnya