Survei: Gagasan Ekstrem Keagamaan di Yogyakarta Menguat

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Senin, 1 Februari 2016 23:02 WIB

Seorang bocah yang masuk dalam organisasi kelompok negara anti-Islam (ISIS) berpose dengan memegang senapan laras panjang di Raqqa, Suriah. Di kota tersebut, semenjak kecil anak-anak sudah ditanamkan interpretasi radikal dan kekerasan kelompok ekstremis tentang hukum Syariah. (AP Photo)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Daerah Istimewa Yogyakarta, Kyai Abdul Muhaimin mengeluhkan makin menguatnya pengaruh gagasan keagamaan ekstrem di DIY. “Penguatan pengaruh gagasan ektremisme di kalangan komunitas muslim di DIY terlihat dari hasil survei terhadap 500 responden,” ujar Abdul Muhaimin dalam Diskusi "Mewaspadai ISIS di Yogyakarta" yang digelar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DIY di Legend Cafe pada Senin, 1 Februari 2016.

Survei itu berupaya memetakan respon terhadap gerakan radikal berbabis keagamaan di Yogyakarta yang digelar tahun lalu. Responden diminta pendapatnya tentang wacana pemberlakuan hukum syariah, hukum rajam, keabsahan demokrasi pancasila dibanding kekhilafahan dan beragam narasi keagamaan ekstrem lain. "Responden terdiri dari berbagai tokoh masyarakat, kalangan beragam profesi yang dipilih dengan metode investigasi," kata dia.

Abdul mencontohkan jumlah responden yang menyetujui pemberlakuan hukum syariah lumayan tinggi di Gunungkidul dan Kulonprogo, yakni mencapai 30 dan 32 persen. Persetujuan terhadap pemberlakuan hukum rajam juga mendekati angka serupa di dua kawasan itu.

Begitupun dengan penerimaan terhadap gagasan kekhilafahan juga menunjukkan hasil mirip. "Terjadi ekskalasi ekstremisme di DIY, belum terlalu banyak, tapi sudah merata," katanya. "Sayangnya, Pemda DIY belum sensitif terhadap fenomena ini."

Menurut Abdul, lembaganya juga menemukan sejumlah organisasi kemasyarakat Islam di DIY, yang rajin menggelar aksi intoleran, menerima suplai dana dari tokoh dengan posisi politik dan ekonomi yang kuat. Tapi, dia menolak menyebutkan identitas tokoh itu. "Ada banyak kelompok ekstremis makin aktif beraksi, penguatan kelompok-kelompok itu yang paling signifikan terjadi di Bantul dan Sleman," kata dia.

Dia menyimpulkan situasi ini menunjukkan kegagalan kampanye wacana keagamaan yang berperspektif damai dan toleran. Selain itu, menurut Muhaimin, lembaga negara belum mampu menyamai akselerasi kampanye narasi keagamaan ekstrem. “Kampanye mengenai nasionalisme di kalangan anak muda belum dilakukan oleh lembaga negara secara maksimal,” ujarnya.

Bagi Abdul, narasi nasionalisme merupakan wacana ampuh untuk menangkal penguatan gagasan keagamaan yang ekstrem. "Para juru dakwah terlihat juga belum mampu meyakinkan masyarakat muslim mengenai keselarasan nasionalisme dan agama," kata dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

15 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

56 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

59 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

8 Februari 2024

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

Untuk memeriahkan Isra Miraj petang ini, berikut link twibbon untuk media sosial anda.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya