Sapi yang dijual untuk hewan kurban mencari makan dari sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Antang, Makassar, Sulsel, 14 September 2015. Sulit membedakan antara sapi pemakan logam dan limbah B3, dengan sapi sehat lainnya. TEMPO/Iqbal lubis
TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan `Danny` Pomanto menjanjikan semua masalah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang bisa berakhir pada bulan Maret mendatang.
"Saya sudah merancang pembangunan TPA moderen, bulan Maret harus bisa selesai,” kata Danny saat diskusi tentang penanganan sampah di kota Makassar di Warkop CRC, Kamis 28 Januari 2016.
Danny menyebut TPA bintang lima yang akan dibangun, menelan biaya Rp 8 miliar sampai Rp 9 miliar. Termasuk di dalamnya biaya perluasan lahan sebanyak 5 hektare. “TPA bintang lima ini harus bisa dijadikan tempat jogging, out bond, dan rekreasi. “Bau sampah tetap ada, tapi kami usahakan bersahabat atau bisa ditoleransi,” katanya.
Niat Danny menyulap TPA menjadi kawasan wisata ini setelah melihat langsung sistim pengelolaan sampah di beberapa negara. “Saya ingin seperti Brasil,” kata Danny.
Lokasi TPA seluas 16,8 hektare juga akan dipagari. Sehingga tidak ada lagi sapi yang bisa masuk. Pemerintah Kota juga akan bekerja sama dengan rumah potong hewan untuk membuat areal pemeliharaan ternak. “Jadi sampah organik yang biasa dimakan sapi dipisahkan dan diberi tempat khusus. Sapi makan di tempat itu, tidak boleh masuk ke TPA makan sampah plastik,” kata Danny.
TPA moderen yang dicita-citakan Danny ini juga akan terintegrasi dengan sistim pengolahan biogas. “Jadi TPA juga bisa menghasilkan energi,” kata Danny.
Untuk menangani masalah sampah pada sumbernya, Danny sudah mewajibkan semua camat mengaktifkan bank sampah yang dikelola oleh warga. Semua bank sampah harus mendapatkan surat ijin usaha mikro dan kecil dari kecamatan agar bisa mendapatkan bantuan dana dari perbankan. “Jadi sampah masyarakat sudah dipilah oleh bank sampah sebelum dibawa ke TPA,” kata Danny.
Sampah plastik dan besi yang bernilai jual akan dikumpulkan oleh bank sampah pusat. Agar harganya tidak bisa dimainkan oleh pengusaha. “Kami juga akan berusaha membangun industri pengolahan sampah di Makasar. Agar harganya lebih tinggi, tidak perlu dibawa ke Surabaya,” kata Danny.
Masyarakat yang terbiasa dengan plastik, mulai bulan depan tidak dibolehkan menggunakan plastik sebagai tempat mengisi barang belanja. Sebab sampah plastik paling banyak disumbang oleh toko-toko. “Akan digantikan dengan tas yang bisa dipakai brekali-kali. Kalau ada warga yang pakai plastik harus bayar,” kata Danny.
Sebagai perwujudan Makassar sebagai kota dunia, Danny juga sudah merancang sistim timbangan elektronik di setiap kecamatan. Agar bisa diketahui volume sampah yang diproduksi secara real time. “Setiap hari kita bisa tahu berapa banyak sampah Makassar. Berdasarkan jenisnya,” kata Danny.