SGRC UI: Kami Bukan Komunitas atau Biro Jodoh LGBT
Editor
Pingit Aria Mutiara Fajrin
Sabtu, 23 Januari 2016 01:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jasa konseling Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas Indonesia (SGRC-UI) mengklaim, kelompoknya bukanlah komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Ketua SGRC-UI Prameswari Noor menegaskan, kelompoknya hanyalah komunitas belajar yang mengkaji topik-topik gender dan seksualitas.
“LGBT Peer Support Network gagasan SGRC-UI dan Melela.org merupakan layanan konseling bagi teman-teman yang ingin tahu lebih banyak tentang LGBT,” kata mahasiswa Fakultas Psikolog UI angkatan 2012 ini melalui keterangan persnya, Jumat 22 Januari 2016.
SGRC-UI bukan komunitas kencan atau tempat mencari jodoh bagi kelompok LGBT. SGRC-UI merupakan kelompok kajian yang mebahas isu gender dan seksualitas secara luas. Feminisme, hak tubuh, patriarki, gerakan pria, buruh dan wanita, kesehatan reproduksi, serta isu-isu lain yang terkait dengan gender dan seksualitas merupakan fokus kajian ini. “Kami menolak jika lokus kajian SGRC-UI yang sangat luas dikerdilkan dengan menyebut SGRC-UI sebagai komunitas LGBT,” kata Prameswari.
Prameswari menyatakan, konselor yang digagas oleh SGRC ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait isu LGBT, sekaligus menjadi teman cerita bagi individu yang sedang melewati masa sulit. Kegiatan konseling ini bertujuan untuk mencerdaskan publik, sekaligus sebagai mekanisme pemulihan bagi individu yang merasa tertekan karena preferensi seksual yang berbeda.
Ia membantah anggapan beberapa pihak bahwa konseling yang mereka lakukan akan mengarahkan individu untuk menjadi LGBT. “Anggapan tersebut salah, karena kami meyakini bahwa seksualitas merupakan hak individu, dan tugas kami hanya memberikan pengetahuan terkait isu tersebut,” kata Prameswari.
Terkait pihak Humas UI yang mempermasalahkan penggunaan nama dan makara UI pada logo SGRC, Prameswari berterima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung kami melalui hashtag #DukungSGRCUI.
Prameswari menyatakan bahwa pendiri dan anggota SGRC-UI merupakan mahasiswa, alumni, serta dosen dari Universitas Indonesia. Kegiatan mereka juga berbasis di wilayah kampus Universitas Indonesia. “Poin inilah yang menjelaskan kenapa kami menggunakan UI di dalam nama komunitas kami,” ujarnya.
Menurut Prameswari, pihak Humas UI telah melaksanakan tugasnya dengan baik, dan bersikap kooperatif selama dua tahun SGRC-UI berdiri. Seminar SGRC-UI tentang pencegahan kekerasan seksual sebelumnya pernah dimuat dan dipublikasikan oleh Humas UI melalui halaman web resmi mereka. “Semoga permasalahan nama dan makara ini dapat segera diselesaikan dan hubungan SGRC-UI dan Humas-UI bisa kembali harmonis seperti dulu,” ujarnya.
PINGIT ARIA