Buku Anak Islam Suka Membaca untuk anak TK, yang memuat ajaran radikalisme di kantor Dinas Pendidikan, 20 Januari 2015. TEMPO/Imam Hamdi
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan telah mengirim tim untuk mengecek buku pelajaran yang memuat paham radikalisme. Ia memastikan buku tersebut bukan merupakan terbitan kementeriannya. "Karena itu, kami tidak bisa menarik," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, 21 Januari 2016.
Namun Kementerian bisa melarang peredaran buku tersebut. "Apabila terbukti, akan kami larang. Yang bisa kami lakukan hanya melarang penggunaan karena yang bisa menarik adalah penerbit," katanya.
Kemarin, GP Ansor menemukan sejumlah buku pelajaran tingkat taman kanak-kanak berjudulAnak Islam Suka Membaca, yang isinya memuat unsur radikalisme. Buku tersebut beredar di kawasan Depok, Jawa Barat.
Dalam buku tersebut, terdapat 32 kalimat yang mengarahkan anak-anak ke tindakan radikalisme, di antaranya sabotase, pengeboman, sahid di medan jihad, hingga bantai kiai.
Selain itu, ada kalimat yang mengandung radikalisme, seperti “rela mati bela agama”, “gegana ada di mana”, “bila agama kita dihina kita tiada rela”, “basoka dibawa lari”, dan “kenapa fobi pada agama”.