Kalla Menolak Revisi UU Antiterorisme

Reporter

Editor

Pruwanto

Senin, 18 Januari 2016 18:41 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menjadi saksi untuk terdakwa mantan Menteri ESDM, Jero Wacik, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, 14 Januari 2016. Jusuf Kalla dihadirkan menjadi saksi meringankan atas permintaan terdakwa Jero Wacik. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap lebih penting menerapkan Undang-Undang Terorisme secara efektif daripada merevisinya. Kalla juga menekankan pentingnya peningkatan kinerja intelijen dalam mendeteksi dini aksi teror.

"Berapa pun undang-undang yang kita buat, kalau kita tidak bekerja efektif, ya sama saja," katanya di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 18 Januari 2016.

Kalla menyatakan serangan bom dan penembakan di kawasan Sarinah beberapa waktu lalu bukan sepenuhnya kesalahan undang-undang. Namun ia juga memuji kinerja kepolisian dan TNI yang secara umum sudah baik ketika menghalau aksi teror di Sarinah.

Seusai teror di Thamrin, Jakarta Pusat, pekan lalu, Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menyatakan sudah mendeteksi upaya teror itu sejak akhir tahun. Namun penjagaan yang ketat membuat para teroris yang dicurigai menggeser waktu aksinya menjadi 9 Januari. Namun aksi teror itu kembali mundur dan terlaksana pada pekan lalu.

Meski memuat kewenangan menyadap, Sutiyoso menganggap, aturan undang-undang yang tak memberi kewenangan penangkapan menyebabkan intelijen kesulitan menangani teroris. Intelijen, meski mengendus rencana teror, tak bisa memastikan eksekusinya.

Kalla mengatakan penerapan undang-undang yang efektif dan peningkatan kinerja intelijen juga perlu dibarengi upaya deradikalisasi. Cara ini dianggap bisa mengurangi kegiatan terorisme. Pemerintah, kata dia, akan mengintensifkan kerja sama dengan organisasi keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Organisasi tersebut diharapkan gencar memberi pemahaman tentang Islam.

Kalla juga menolak usul pembuatan penjara khusus bagi teroris. Dia khawatir para teroris justru membuat sindikat baru. ‎"Nanti bakal jadi ‘universitas teroris’ kalau seperti itu," tuturnya.

Apalagi, sebelumnya, ada penjara yang separuhnya diisi narapidana narkotik. Bukannya berkurang, para terpidana kembali dipenjara akibat kasus yang sama setelah lepas dari bui.

FAIZ NASHRILLAH

Berita terkait

Gelar Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024, BIN Sebut Perjalanan Timnas U-23 Indonesia Luar Biasa

5 hari lalu

Gelar Nobar Laga Semifinal Piala Asia U-23 2024, BIN Sebut Perjalanan Timnas U-23 Indonesia Luar Biasa

Setelah gagal ke final Piala Asia U-23 2024 usai dikalahkan Uzbekistan, timnas U-23 Indonesia kejar posisi ketiga demi tiket Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

9 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

10 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

11 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Marak Korban dan Modus Baru: Layanan Pinjol Ilegal Bisa Dihukum 10 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Triliun

12 hari lalu

Marak Korban dan Modus Baru: Layanan Pinjol Ilegal Bisa Dihukum 10 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Triliun

Selain 537 entitas pinjol ilegal, Satgas PASTI juga menemukan 48 konten penawaran pinjaman pribadi dan 17 entitas yang menawarkan investasi.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

13 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

14 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

25 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

25 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

25 hari lalu

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

Anies Baswedan bersamuh dengan Jusuf Kalla pada hari pertama Lebaran. Mengaku tak bicara soal politik.

Baca Selengkapnya