Kepulan asap solfatara gunung Bromo melewati puncak bukit "Teletubies" dilihat dari Pos Jemplang, Poncokusumo, Malang, Jawa Timur, 6 Januari 2016. Sejak ditetapkan berstatus siaga, kawasan dengan pemandangan menakjubkan ini ditutup total untuk wisatawan. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Malang -Gubernur Jawa Timur, Soekarwo memastikan masyarakat siap menghadapi erupsi Gunung Bromo. Termasuk siap untuk menghadapi kondisi terburuk seperti letusan. Termasuk menyiapkan peralatan, tenda pengungsian dan relawan yang sewaktu-waktu bergerak mengevakuasi warga sekitar Gunung Bromo.
"Segala bentuk antisipasi telah siap, termasuk jika meletus," kata Soekarwo usai pembukaan Konferensi Wilayah Muslimat NU di Malang, Jumat 8 Januari 2016.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur telah berkoordinasi lintas sektor untuk mengantisipasi letusan Gunung Bromo. Gunung Bromo berada di empat daerah meliputi Pasuruan, Lumajang, Malang dan Probolinggo.
Termasuk disiapkan usaha evakuasi warga yang bermukim di sekitar Gunung Bromo jika sewaktu-waktu meletus. Sementara saat terjadi guyuran abu vulkanis, Pemerintah Jawa Timur mengalokasikan anggaran untuk pengadaan masker. Masker penutup mulut dan hidup efektif untuk menghalau abu vulkanis yang berbahaya bagi pernafasan.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memerintahkan dalam kondisi tanggap darurat erupsi Gunung Bromo, cadangan beras bisa sewaktu-waktu disalurkan untuk korban. Setiap pemerintah kota dan kabupaten memiliki cadangan beras sebanyak 100 ton dititikan di gudang Bulog. "Jika kebutuhannya 200 ton, akan dikirim dari Kementerian Sosial," ujarnya.
Khofifah sempat meninjau permukiman saat awal erupsi. Hasilnya ia menilai warga belum membutuhkan pengungsian. Sedikitnya tersedia empat dapur umum lapangan yang siap digerakkan untuk memenuhi kebutuhan makan warga setempat.
Bulog Divisi Regional Malang menyiapkan 15 ribu ton beras cadangan pemerintah. Beras tersebut disimpan di gudang dan siap digunakan sewaktu-waktu.