Kelompok Masyarakat Amankan Paku Alam X Naik Tahta

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 3 Januari 2016 19:54 WIB

Wakil Presiden R I Jusuf Kalla (kedua kiri) bersama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X (kiri) berbincang-bincang dengan KBPH Suryodilogo (kedua kanan) dan istri BRAy Atika Suryodilogo (kanan) di bangsal Puro Pakualaman, Yogyakarta 26 November 2015. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Suhu politik di lingkungan Puro Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkat menjelang jumenengan atau naik tahtanya peguasa Puro Pakualaman, Paku Alam X, Kanjeng Bendoro Pangeran Hario Prabu Suryodilogi, Kamis 7 Januari 2016. Pasalnya, jumenengan ini ditentang oleh kubu saudara tiri Paku Alam IX, Kanjeng Pangeran Hario Anglingkusumo masih bersikukuh bahwa dirinya lah pewaris tahta yang sah sejak Pakualam VIII mangkat.

Pengerahan kekuatan dari kalangan masyarakat di luar Puro Pakualaman pun dilakukan untuk mengamankan jumenengan. Agung Nurharjanto, anggota Sekretariat Bersama Keistimewaan Yogyakarta, menuturkan untuk persiapan mengawal jumenengan Paku Alam X ini panitia merangkul kelompok masyarakat dari kabupaten-kota. "Apel sebelum jumenengan ada 400 orang terlibat, untuk menjaga kelancaran dari kirab sampai jumenengan nanti dilakukan," ujarnya, Ahad 3 Januari 2016.

Salah satu kelompok yang terlibat adalah Paguyuban Dukuh se Kabupaten Gunungkidul Janaloka. Kelompok ini menyatakan turut bersiaga empat hari ke depan menjelang jumenengan. "Jika sampai ada yang mencoba mengacaukan jumenengan Pakualam yang sah, kami juga tidak akan diam," kata Ketua Dewan Penasehat Paguyuban Dukuh Gunungkidul Sutiyono, Ahad 3 Januari 2016.

Menurut Sutiyono, paguyuban menerima Suryodilogo sebagai pengganti sah Paku Alam IX yang mangkat pada November 2015 lalu. "Sesuai paugeran kami hanya mengakui Kanjeng Suryodilogo sebagai raja baru Puro Pakualaman, tidak ada yang lainnya," kata Sutiyono.

Pengakuan atas paugeran ini pun, ujar Sutiyono, juga akan berlaku jika kelak Keraton Yogyakarta melakukan suksesi raja baru. "Selama dua lembaga penjaga adat keraton dan pakualaman menjunjung paugeran termasuk berbagai aturan di dalamnya, kami akan mengakui itu," ujar Kepala Desa Banyusoca Playen Gunungkidul ini.

Menjelang jumenengan Puro Pakualaman ini, paguyuban dukuh telah mengumpulkan perwakilan 144 desa untuk menjaga keamanan. "Tugas kami menjaga tidak ada jumenengan lain selain di Puro Pakualaman, itu bisa memicu adu domba warga," ujarnya. Sikap antisipatif itu dilakukan paguyuban karena menilai potensi konflik suksesi kekuasaan di Puro Pakualaman masih tinggi.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

30 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

52 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

55 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

59 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

14 Februari 2024

Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah

Baca Selengkapnya