Kaleidoskop 2015: Setya Novanto, Papa Mundur karena Saham

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Rabu, 30 Desember 2015 07:14 WIB

Setya Novanto. (Ilustrasi: TEMPO/IMAM YUNNI)

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto mengundurkan diri dari jabatannya pada 16 Desember lalu setelah kontroversi kasus "Papa Minta Saham". Kasus ini bermula ketika Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melaporkan Setya ke Mahkamah Kehormatan Dewan.

Sudirman menuding Setya mencatut nama Presiden Joko Widodo dalam perpanjangan kontrak karya Freeport. Setya diketahui pernah bertemu hingga tiga kali dengan bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin. Dalam dua pertemuan terakhir, Setya bahkan mengajak pengusaha minyak, Muhammad Riza Chalid.

Pemeriksaan kasus "Papa Minta Saham" di Mahkamah Kehormatan Dewan diwarnai berbagai kontroversi, termasuk drama pergantian anggota Mahkamah yang merupakan pendukung Setya. Belakangan, mayoritas hakim di Mahkamah Kehormatan meminta Setya dijatuhi sanksi sedang dan mesti mengundurkan diri dari jabatannya.

Sesaat sebelum vonis dijatuhkan, Setya menyatakan mundur. Setya menjadi Ketua DPR pertama yang lengser di tengah jalan sesudah Orde Baru tumbang.

Gaduh Budi Gunawan

Presiden Joko Widodo mengajukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI pada Januari lalu. Sehari sebelum uji kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Budi sebagai tersangka kasus suap dan gratifikasi. Senayan tetap meloloskan Budi, tapi Jokowi memutuskan menunda pelantikan hingga proses hukum selesai.

Manuver Budi dengan mengajukan gugatan praperadilan berhasil. Status tersangkanya dibatalkan. Di tengah itu, serangkaian upaya kriminalisasi menimpa pemimpin dan penyidik KPK. Kegaduhan berakhir ketika Jokowi membatalkan pencalonan Budi dan memilih Badrodin Haiti sebagai Kepala Polri. Sebagai pembasuh luka, Budi diangkat menjadi Wakil Kepala Polri pada 22 April lalu.

Surya di Pusaran Perkara

Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa Surya Paloh pada 23 Oktober lalu. Ketua Umum Partai NasDem ini jadi saksi untuk Sekretaris Jenderal NasDem ketika itu, Patrice Rio Capella, penerima gratifikasi. Nama Surya pertama kali disebut Gubernur Sumatera Utara (nonaktif) Gatot Pujo Nugroho, yang bersama-sama pengacara Otto Cornelis Kaligis terlibat penyuapan tiga hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan.

Jejak Surya bermula saat mendamaikan perseteruan Gatot dengan Wakil Gubernur Tengku Erry Nuradi, yang juga Ketua NasDem Sumatera Utara. Dia juga tahu Patrice menerima uang dari istri Gatot, Evy Susanti. Patrice dituntut hukuman dua tahun penjara. Surya pernah dipanggil menjadi saksi di persidangan Patrice, tapi mangkir.

Tri Rismaharini Tak Terbendung

Perhatian media nasional langsung tertuju ke Surabaya di awal masa pemilihan kepala daerah yang digelar serentak tahun ini. Kala itu, sejumlah partai politik lokal berkoalisi dan terang-terangan menolak mengusung calon untuk perebutan posisi Wali Kota Surabaya 2015-2020 karena yakin tak mungkin menang melawan Tri Rismaharani, yang mendaftar kembali lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Sederet drama pun muncul dalam proses pemilihan, dari dugaan calon boneka dan imbalan untuk cukong yang ingin menguasai Surabaya hingga upaya kriminalisasi terhadap Risma lewat penerbitan surat perintah dimulainya penyidikan atas kasus Pasar Turi. Perempuan 54 tahun itu akhirnya terbukti tak terkalahkan lewat perolehan suara, yang menurut Komisi Pemilihan Umum setempat mencapai 86,2 persen.

Simak: Kaleidoskop 2015

Berikut ini sejumlah jejak penting selama 2015 di bidang politik yang berhasil direkam Tempo:

Januari
9 Presiden Joko Widodo mengajukan Budi Gunawan sebagai calon Kepala Kepolisian RI.
16 Presiden Jokowi memberhentikan Kepala Polri Sutarman dan menunjuk Badrodin Haiti sebagai pelaksana tugas Kepala Polri.

Februari
3 Presiden Joko Widodo membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kepala Polri.
18 Presiden Jokowi mengajukan Badrodin Haiti sebagai calon Kepala Polri.
18 Presiden Jokowi menunjuk Taufiequrachman Ruki, Indriyanto Seno Adji, dan Johan Budi sebagai pelaksana tugas pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi.

Maret
1 Zulkifli Hasan menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional.

April
9 Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
17 Badrodin Haiti dilantik menjadi Kepala Polri.
22 Budi Gunawan dilantik menjadi Wakil Kepala Polri.

Mei
12 Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Juli
10 Bareskrim menetapkan komisioner Komisi Yudisial, Suparman Marzuki dan Taufiqurrohman Syahuri, sebagai tersangka pencemaran nama hakim Sarpin Rizaldi.
14 Pengacara Otto Cornelis Kaligis menjadi tersangka kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Sumatera Utara.

Agustus
10 Sohibul Iman terpilih menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera.
12 Presiden Joko Widodo merombak kabinetnya.

September
3 Budi Waseso dicopot sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri.

Oktober
5 Dewan Perwakilan Rakyat membentuk Panitia Khusus Pelindo II.

November
16 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said melaporkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan atas dugaan pelanggaran etika dalam skandal "Papa Minta Saham".

Desember
9 Pemilihan kepala daerah secara serentak di 269 daerah.
16 Setya Novanto mundur dari jabatan Ketua DPR.




TIM TEMPO

Berita terkait

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

13 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

20 jam lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

2 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

2 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

2 hari lalu

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

Kabar PKS gabung koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran membuat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah keluarkan pernyataan pedas.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

4 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya