Warga mengevakuasi barang yang bisa diselamatkan saat banjir menggenangi rumahnya di Sawahbesar, Semarang, (4/2). Banjir tersebut disebabkan jebolnya tanggul Kanal Banjir Timur. Tempo/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Semarang - Alokasi anggaran penanggulangan bencana di Provinsi Jawa Tengah untuk 2016 meningkat sekitar Rp 20 miliar. “Dana tak terduga di saya dulu (pada tahun anggaran 2015) kan cuma Rp 30 miliar. Kemarin ditambah menjadi sekitar Rp 50 miliar,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat ditemui seusai acara peringatan Hari Ibu ke-87 di Pendopo Ageng Kabupaten Boyolali, Senin, 28 Desember 2015.
Selain ada penambahan dana tak terduga dari APBD Jawa Tengah 2016, Ganjar telah mengajukan permintaan dana darurat siap siaga bencana ke pemerintah pusat sebesar Rp 19 miliar.
“Soal dana kami sudah siap. Insya Allah awal Januari 2016 kami akan apel siaga bencana besar-besaran,” kata Ganjar. Menurut dia, Jawa Tengah saat ini sudah berstatus darurat bencana.
Tiap hari, sejak memasuki musim hujan, Ganjar mengaku terus mendapat laporan ihwal kebencanaan dari seluruh wilayah Jawa Tengah melalui aplikasi pesan WhatsApp.
Ganjar juga telah meminta Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air mengecek daerah aliran sungai di wilayah masing-masing yang berpotensi banjir.
“Sebelum debit airnya meningkat, saya minta titik-titik potensial banjir itu dinormalisasi. Tidak harus dalam proyek besar karena biayanya akan besar,” kata Ganjar.
Guna meminimalisasi jatuhnya korban bencana, Ganjar juga menginstruksikan tim pengurangan risiko bencana ke wilayah yang berada dalam zona merah rawan banjir dan longsor. “Monitoring mesti jalan terus,” ujarnya.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Klaten menyelenggarakan pelatihan bagi 52 anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) di Komando Pelatihan dan Latihan Pertempuran Komando Daerah Militer IV Diponegoro, Klaten, pada Senin siang.