Alat Musik Bambu Buatan Cimahi Mendunia  

Minggu, 27 Desember 2015 08:18 WIB

Sejumlah alat musik bambu di hasil butana Komunitas Bambu Indonesia di bengkel kerjanya di Bandung, Jawa Barat, (17/4). Komunitas yang didirikan oleh Adang Muhidin ini membuat sejumlah alat musik seperti gitar, biola, bass, terompet, klarinet, saksofon, drum dengan bambu. (Photo by Robertus Pudyanto/Getty Images)

TEMPO.CO, Bandung - Seperangkat alat musik modern berbahan bambu bikinan Indonesian Bamboo Community telah mendunia. Beragam jenis bambu yang dipakai untuk menggantikan kayu pada alat musik, seperti gitar, bas, biola, kecapi, saksofon, serta drum, telah diciptakan oleh komunitas yang berdiri pada 30 April 2011 dan bermarkas di Kota Cimahi itu.

“Yang pertama dibuat gitar dari bambu, bas, drum dan perkusi, kecapi, yang terbaru saksofon,” kata Wakil Ketua Indonesian Bamboo Community Apid Fadilah di sela pameran Pekan Kerajinan Jawa Barat di Bandung, 23-27 Desember 2015.

Komunitas ini beranggotakan 30 orang dengan latar belakang pemain musik dan pengrajin. Mereka membuat instrumen musik modern serta tradisional yang belum pernah dibuat dari bahan bambu serta kerajinan interior. Peminatnya kini sudah banyak dari berbagai negara, seperti Malaysia, Belgia, Jepang, dan Prancis.

Untuk proses pembuatan, bahan bambu yang digunakan berjenis bambu hitam, tali, dan gombong. Agar solid seperti kayu, bambu tersebut dipotong-potong lalu direkatkan untuk kemudian dibentuk. Lama pembuatan instrumen musik tersebut berkisar 3-5 hari. “Paling lama pembuatan drum yang bisa sampai tiga minggu,” ujar Apid.

Semua instrumen musik sengaja tidak dicat agar kesan bambu terlihat. Uniknya, kata Apid, warna instrumen seiring waktu berubah secara alami dari putih kekuningan menjadi cokelat muda. “Pemakainya bilang kelebihan instrumen bambu ini suaranya lebih garing dan nadanya agak berbeda dengan bahan kayu,” tuturnya.

Desain dan uji coba bentuk instrumen mereka lakukan sendiri. Pernah bergabung riset dengan tim dosen sebuah kampus di Bandung, mereka kecewa karena dipecundangi masalah hak atas kekayaan intelektual pada 2014. Sejak itu, mereka lebih berhati-hati dalam bermitra kerja.

Meskipun masih jarang pembeli dari dalam negeri, instrumen musik dari bambu itu membuat penasaran kalangan musikus, akademikus, dan pencinta musik dari luar negeri. Bahkan seorang pembeli dari Malaysia memesan seperangkat alat musik lengkap sebanyak tiga kali.

“Mereka datang langsung ke tempat kami lalu pesan,” ucap Apid. Soal harga, untuk alat musik gitar, bas, dan biola bambu dibanderol Rp 1,5-4 juta.

Band komunitas ini pun sampai diundang main dua kali pada Mei dan Agustus lalu di Serawak, Malaysia. Rencananya, pada Mei 2016, Indonesian Bamboo Community diundang Kedutaan Besar Indonesia di Rumania untuk menampilkan karya mereka. Rombongan sebanyak 16 orang tersebut diminta melakukan konser keliling dengan musik bambu selama sebulan di negara-negara Eropa timur.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

4 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

14 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

59 hari lalu

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.

Baca Selengkapnya

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

3 Maret 2024

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang

Baca Selengkapnya

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

3 Oktober 2023

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

27 September 2023

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.

Baca Selengkapnya

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

18 Juni 2023

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.

Baca Selengkapnya