Tim Densus 88 Anti Teror menggeledah rumah kontrakan salah satu terduga teroris di Desa Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Ahad sore, 20 Desember 2015. TEMPO/ISHOMUDDIN
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badroddin Haiti mengatakan target utama teroris saat ini adalah personel polisi dan warga Syiah.
"Sasaran itu pejabat kepolisian dan bekas Densus (Detasemen Khusus) 88. Kedua, kantor-kantor kepolisian. Ketiga, kelompok tertentu yang ditegaskan itu Syiah," ujar Badroddin di sela pertemuan antara Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Menteri Kehakiman Australia di Kantor Kemenkopolhukam, Senin, 21 Desember 2015.
Menurut Badrodin, Polri mendapat informasi akan ada aksi terorisme pada Desember. Hal itu dikuatkan oleh informasi dari Biro Penyelidik Amerika Serikat (FBI) dan pihak dari Singapura.
"Kami lakukan langkah preventif siaga satu. Kami tempatkan personel terbuka-tertutup di seluruh tempat yang bisa jadi ancaman terorisme," ujar Badroddin. Polri terus memonitor gerakan kelompok yang selama ini terdata termasuk jaringan internasional.
Penangkapan sembilan orang di beberapa daerah dalam tiga hari terakhir juga merupakan bentuk tindakan preventif . Saat digeledah, polisi menemukan bahan peledak. Badroddin berkata, "Mereka ini orang-orang eks jemaah Islamiyah, juga ada kaitannya dengan ISIS. Kami punya waktu satu pekan ditahan atau lepas tersangka."
Badroddin mengatakan semua orang bisa jadi sasaran teror. Karena itu, Polri melakukan pengetatan keamanan di mana-mana. "Kami perketat, baik proyek vital maupun tempat berkumpulnya masyarakat dan kantor pejabat," ujarnya.
Densus 88 Antiteror Polri menangkap sejumlah terduga teroris di beberapa kota sepanjang akhir pekan lalu. Juru bicara Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyebut para terduga teroris tersebut berencana menebarkan teror pada Natal dan tahun baru.