Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan dari Dirut BEI Tito Sulistio (kiri) yang didampingi Ketua OJK Muliaman Hadad (dua kiri) dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida (empat kiri) saat meninjau Galeri Sejarah Pasar Modal Indonesia usai menghadiri peringatan '38 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia' di Gedung Bursa Efek Jakarta, 10 Agustus 2015. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Lima universitas menandatangani MoU pendidikan pasar modal modal dengan Self-Regulatory Organization (SRO). Kelima universitas ini adalah Universitas Dipenogoro, Universitas Airlangga, Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, dan Universitas Padjajaran.
"Untuk mencetak para ahli yang mengerti bursa efek, mau tidak mau kita harus bekerja sama dengan fakultas," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, di Jakarta, Kamis, 17 Desember 2015.
Penandatanganan MoU ini merupakan kelanjutan dari perjanjian BEI dengan empat universitas lain. Mereka adalah Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, IPMI Bussiness School, dan STIE Trisakti.
Tito berharap dengan adanya studi khusus pasar modal, dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Tito mengatakan saat ini, Cina merupakan negara yang menguasai world trading value. Untuk mampu bersaing maka perlu dicetak generasi muda yang kompeten di bidang ini.
Selain itu, dengan adanya studi khusus pasar modal, kata Tito, lulusan akan mendapatkan sertifikasi dari Otoritas Jasa Keuangan.
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Eduardus Tandelilin menegaskan silabus untuk pendidikan ini akan disusun bersama dengan SRO. Nantinya ia mengharapkan akan ada program magang dan juga penambahan materi di beberapa mata kuliah yang memang sudah ada sebelumnya. "Saya kira tahun ajaran baru sudah bisa mulai," ujarnya.