Petani Pantura Diinstruksikan Mempercepat Tanam Padi Rendeng  

Reporter

Kamis, 17 Desember 2015 09:15 WIB

Ilustrasi tanaman padi. ANTARA/Ari Bowo Sucipto

TEMPO.CO, Subang - Para petani di wilayah Pantai Utara (Pantura) Subang, Jawa Barat, diinstruksikan untuk melakukan percepatan tanam padi musim rendeng. "Supaya saat puncak musim hujan, tanaman padi mereka selamat dari terjangan banjir," kata Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang Hendrawan kepada Tempo, Kamis, 17 Desember 2015.

Para petani yang diinstruksikan melakukan percepatan tanam tersebut, yakni yang berada di Kecamatan Pusakanagara, Pusakajaya, Legon Kulon, dan Pamanukan. Adapun luas area yang jadi target sasarannya mencapai 3.000-an hektare.

Dengan cara percepatan tanam, Hendrawan menjelaskan, ketika puncak musim hujan tiba, tanaman padi milik mereka sudah berusia di atas 20-30 hari, sehingga sudah memiliki daya tahan yang kuat.

Buat memenuhi kebutuhan percepatan tanam di awal musim hujan tersebut, sumber airnya mengandalkan dari irigasi induk Tarum Timur melalui pintu pembagi Bugis, Indramayu. Sebab, jika mengandalkan debit air hujan, masih relatif kecil.

Menurut Hendrawan, khusus buat mendukung program percepatan tanam tersebut, Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten Subang urunan memberikan bantuan kepada setiap pemilik lahan sebesar Rp 1,18 juta per hektare. Bantuan fulus tersebut diperuntukkan buat membeli solar, mobilisasi traktor, biaya tanam, dan upah traktor.

Ia mengimbuhkan, target tanam musim rendang medio Oktober 2015-Januari 2016seluas 40 ribu hektare dan di medio Januari-Maret 2016 seluas 44 ribu hektare di area persawahan irigasi teknis. Adapun target tanam rendeng 2016 plus di luar areal lahan teknis seluas 100 ribu hektare.

Salah seorang petani Legon Kulon, Suparman, mengaku bungah dengan adanya program percepatan tanam padi rendeng tersebut. "Artinya, kami punya kepastian menanam sejak awal. Tidak seperti musim-musim sebelumnya, selalu kebajikan karena tanam dilakukan saat puncak musim hujan," ujarnya.

Camat Legon Kulon Asep Saepuloh meminta pihak Perum Jasa Tirta II Jatiluhur selaku pengelola Waduk Jatiluhur, konsisten dalam membagi debit air di saluran Induk Tarum Timur dan pintu pembagi Bugis.

Sebab, selama ini, sering terjadi pengurangan pengiriman debit yang dibutuhkan. "Kebutuhan kami itu kan 1-1,3 meter kubik per detik. Tapi, realitanya air yang dikirim dari pintu pembagi Bugis paling banter 0,5 meter kubik per detik," Asep menjelaskan.

Akibat tekornya kiriman air dari pintu pembagi Bugis tersebut, pengolahan sawah sering terganggu, bahkan petani banyak yang mengurungkan niat mengolah sawahnya. "Dalam program percepatan tanam sekarang ini, kasus musim tanam yang lalu tidak boleh terjadi lagi," kata Asep meminta jaminan.

Buat menyukseskan program percepatan tanam di area 3.000 hektare di empat kecamatan di Pantura Subang tersebut, Pemerintah Kabupaten Subang melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan bergandeng tangan dengan Komando Distrik Militer 0605 Subang. "Semua Babinsa kami kerahkan buat menyukseskan program percepatan tanam ini," kata Komandan Distrik Militer 0605 Subang Letnan Kolonel Tani Arie Sasongko.

NANANG SUTISNA

Berita terkait

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

4 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya

Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

35 hari lalu

Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

Musim hujan membawa risiko peningkatan penyebaran berbagai penyakit berikut ini.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

36 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

39 hari lalu

Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

Pengendara mobil patut mewaspadai bahaya aquaplaning saat musim hujan, Ini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

44 hari lalu

Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

Musim hujan di Indonesia masih akan terus berlangsung selama Maret 2024

Baca Selengkapnya

Hotel di Singapura Ini Janji Bayar Tamu jika Hujan Turun selama Liburan

58 hari lalu

Hotel di Singapura Ini Janji Bayar Tamu jika Hujan Turun selama Liburan

Hotel ini menjanjikan akan mengganti biaya menginap semalam jika turun hujan yang mengganggu liburan di Singapura.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Cuaca Ekstrem akan Berlangsung sampai 8 Maret 2024, Ini Indikator Cuaca Ekstrem

3 Maret 2024

BMKG Sebut Cuaca Ekstrem akan Berlangsung sampai 8 Maret 2024, Ini Indikator Cuaca Ekstrem

BMKG sebut cuaca ekstrem sampai 8 Maret 2024. Ada tiga indikator untuk menentukan cuaca ekstrem, dari tekanan udara, awan, sampai angin.

Baca Selengkapnya

Jaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan, Ahli Gizi Ingatkan Pola Makan Sehat

1 Maret 2024

Jaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan, Ahli Gizi Ingatkan Pola Makan Sehat

Pakar menyarankan menerapkan pola makan sehat dengan gizi lengkap untuk menjaga ketahanan tubuh di musim hujan seperti sekarang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Apple Car Stop, Laptop Layar Transparan, dan Puncak Hujan Terlewati

1 Maret 2024

Top 3 Tekno: Apple Car Stop, Laptop Layar Transparan, dan Puncak Hujan Terlewati

Top 3 Tekno pada Jumat pagi 1 Maret 2024, diawali dari artikel tentang Apple yang telah membatalkan proyek mobil listrik perdananya, Apple Car.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Puncak Musim Hujan Sudah Lewat, Cuaca Ekstrem Berpotensi Hingga 8 Maret

29 Februari 2024

BMKG Sebut Puncak Musim Hujan Sudah Lewat, Cuaca Ekstrem Berpotensi Hingga 8 Maret

BMKG memantau hujan dengan intensitas ringan hingga ekstem masih terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia sejak 24 hingga 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya