Penanganan Kematian Bayi Papua Lambat, Ini Alasan Kemenkes  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Jumat, 11 Desember 2015 16:35 WIB

Nila F. Moeloek, Menteri Kesehatan RI. TEMPO/Frannoto

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan bahwa medan berat untuk menuju ke Kabupaten Nduga, Papua, menjadi penyebab lambannya penanganan kasus kematian misterius puluhan bayi di sana. Menurutnya tempat yang sulit dijangkau cukup merepotkan upaya-upaya bantuan ke sana. Seperti pemberian makanan tambahan, yang harus dilakukan secara bertahap. "Susah ya 2 ton, mesti pelan-pelan," katanya, Jumat, 11 Desember 2015.

Nila mengatakan bahwa sebenarnya ada semacam rumah sakit di Nduga, tapi lokasinya jauh dari tempat bayi-bayi yang ditemukan meninggal tersebut. "Mohon dimengerti, kami maunya dekat dengan masyarakat, tapi kalau masyarakatnya terpisah-pisah seperti itu, apa yang bisa kami lakukan," ujarnya.

Menurut Nila ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya kematian bayi secara misterius itu. Salah satunya adalah adanya kekurangan pangan pada warga di Kecamatan Mbuwa, Kabupaten Nduga. Karena faktor cuaca ekstrim di Jayawijaya yang sanggup membuat embun menjadi beku. "Tanaman jadi rusak," katanya

Menurutnya, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan solusi untuk mencegah terulangnya kematian bayi di Kabupaten Nduga dengan mengaktifkan lagi program flying health care. "Dalam APBN 2016 kami masukkan," katanya. Nila berujar bahwa program ini sebenarnya dahulu pernah ada di Kementerian Kesehatan tapi karena satu dan lain hal, program ini dihentikan. Beberapa bantuan juga telah diberikan ke wilayah tersebut seperti imunisasi dan pemberian makanan tambahan bagi para balita.

Ketika ditanyakan apakah ada kemungkinan untuk melakukan evakuasi warga ke lokasi yang lebih baik, Nila menjawab bahwa hal itu sulit dilakukan karena warga belum tentu bersedia. "Sukunya mau enggak dievakuasi? Enggak gampang," ia menjelaskan.

Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat, Nihayatul Wafiroh, mengkritisi kinerja Menteri Kesehatan dalam mengatasi kematian misterius puluhan bayi di Papua. "Hingga saat ini, Kemenkes belum bisa memetakan penyebab kematian bayi yang telah terjadi di Dunga, Papua," kata Nihayatul kemarin.

Menurut Nihayatul, kematian bayi itu sudah diberitakan sejak pertengahan tahun lalu, tapi tak ada perubahan yang berarti. Ia bahkan menyebutkan ada banyak versi jumlah kematian bayi. Ada yang menyebutkan sudah mencapai 71 kematian bayi. Melihat tak ada pergerakan yang signifikan, Nihayatul menilai Kementerian kurang merespons bencana kematian itu.

Ia pun kecewa karena Kementerian bahkan belum memiliki data pasti korban meski beralasan hal itu karena daerah tersebut sulit dijangkau. Namun, menurut Nihayatul, alasan itu mengada-ada. "Ini menunjukkan buruknya kinerja Kemenkes," ujarnya.

DIKO OKTARA

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

6 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

12 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

12 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

39 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

40 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

52 hari lalu

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

Pendaftaran SATU Indonesia Awards dibuka mulai 4 Maret - 4 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

59 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya