Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto menjawab pertanyaan awak media usai menjalani sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 7 Desember 2015. Sidang yang berlangsung tertutup tersebut berlangsung selama kurang lebih lima jam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Generasi muda Partai Golkar meminta Setya Novanto mundur dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. “Permintaan tersebut kami lakukan dalam rangka membangun tradisi kepemimpinan yang lebih bermartabat bagi bangsa ini ke depan,” kata Andi Sinulingga, juru bicara Poros Muda Partai Golkar, melalui siaran pers yang diterima Tempo, Rabu, 9 November 2015.
Menurut Andi, bukti rekaman pembicaraan Setya Novanto dengan Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha Muhammad Riza Chalid merupakan perbuatan nyata melanggar etika dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPR.
Selain itu, generasi muda Golkar juga mendesak pemimpin Partai Golkar untuk mengambil tindakan tegas terhadap perilaku Setya untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa suara Golkar adalah suara rakyat. “Partai Golkar adalah partai yang menjunjung tinggi dan mendorong tegaknya etika dan kepatutan bagi setiap pejabat negara di negeri ini,” ujarnya.
Ketua DPR Setya Novanto dilaporkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan karena diduga melanggar etik. Dalam rekaman yang diperdengarkan dalam sidang Mahkamah, Setya bersama Maroef Sjamsoeddin dan Riza Chalid membahas perpanjangan kontrak karya Freeport yang akan berakhir pada 2021.
