Heli AW 101 diproduksi oleh Westland dari Inggris dan Agusta dari Italia. Kerjasama dua perusahaan ini menghasilkan helikopter medium yang memiliki kemampuan beragam, yaitu untu angkut pasukan, anti kapal selam, SAR, dan VVIP, bahkan Italia menjadikan AW 101 sebagai helikopter peringatan dini atau airborne early warning. Heli generasi akhir ini menggabungkan sistem avionik, navigasi, komunikasi, dan keamanan pada tingkatan yang sangat tinggi, ini menjadi alasan mengapa AW 101 harganya mahal. Heli AW101 mampu diterbangkan dengan menggunakan NVG, sehingga pilot dapat menerbangkan heli ini dalam keadaan gelap gulita. AW 101 memiliki kabin yang luas, sangat cocok menjadi helikopter pengangkut VVIP. wikipedia.org
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan pembatalan pembelian helikopter AW101 merupakan hal yang logis untuk dilakukan.
"Presiden bilang, dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, beli helikopter mahal rasanya kurang tepat," ucap Gatot saat ditemui di Komando Pertahanan Udara Nasional, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Jumat, 4 Desember 2015.
Gatot berujar, saat rapat bersama Presiden Joko Widodo kemarin, ia memaparkan kepada Presiden akan dua jenis heli: AW101 dan Super Puma. "Kami hanya memaparkan. Yang memutuskan tetap Presiden," ujarnya.
Menurut Gatot, pertimbangan Presiden adalah masalah ekonomi, terlebih membeli helikopter AW101 yang begitu mahal tapi akan jarang dipakai Presiden RI. "Begitu Presiden batalkan, kami ikut, karena beliau pemimpin tertinggi," tutur Gatot.
Gatot menganggap apa yang dikatakan Jokowi logis. Presiden juga mengungkapkan kepada Gatot bahwa kondisi helikopter yang ada dirasa masih cukup bagus.
TNI Angkatan Udara sebelumnya berencana mendatangkan tiga helikopter AW101 pada 2016 dan 2018. Heli itu akan digunakan untuk tamu VIP, termasuk Presiden RI, Wakil Presiden RI, dan tamu negara. Helikopter AW101 dibuat AgustaWestland, produsen helikopter Inggris yang bermarkas di Italia.
Hal ini memancing polemik karena helikopter tersebut akan menggantikan helikopter Super Puma produksi PT Dirgantara Indonesia. Terlebih diketahui banyak negara yang membatalkan pembelian helikopter AW101.