Anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Akbar Tandjung dan Fuad Bawazier dalam Pelantikan Majelis Nasional KAHMI periode 2012-2017 di Jakarta, Selasa (5/2). Acara pelantikan sendiri mengambil tema Memenangkan Masa Depan Indonesia dengan Mahfud MD sebagai ketua Presidium. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Akbar Tandjung menyesalkan aksi anarkis yang mewarnai kongres HMI ke-29 di Pekanbaru. Untuk itu Akbar Tanjung malam ini akan menemui pimpinan Pengurus Besar HMI. Pertemuan tersebut, kata dia, untuk membicarakan beberapa hal, termasuk keributan kongres HMI yang sedang berjalan.
"Saya sudah hubungi PB HMI dan Sekjennya untuk bisa ketemu malam ini," kata dia kepada Tempo, Ahad, 22 November 2015. Kepada ketua umum PB HMI, Akbar akan menyampaikan pesan-pesan mengenai pelaksanaan kongres HMI ke-29 di Pekanbaru.
Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik. Acara yang berlangsung pada 22 hingga 26 November itu mendapat kucuran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Riau (APBD) Provinsi Riau sebesar Rp 3 miliar. Anggaran itu bahkan lebih besar dari anggaran penanganan bencana kabut asap Pemerintah Provinsi Riau yang hanya Rp 1,4 miliar.
Beberapa hari lalu lebih dari seribu kader HMI asal Makassar juga telah memaksa untuk naik kapal PT Pelni gratis untuk berangkat ke Pekanbaru. Tercatat, ada 1.048 kader HMI yang ikut dalam rombongan yang berangkat dari Makassar menuju Jakarta untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru.
Kemarin ribuan kader HMI melakukan aksi tutup jalan dan membakar ban di depan gedung olah raga ( GOR ) Pekanbaru. Akibatnya terjadi kemacetan panjang di jalan protokol itu. Tidak hanya itu, ribuan anggota HMI itu jgua merusak fasilitas umum. Kaca gedung Gor Gelanggang Remaja pecah di lempari batu, begitu juga pagar, dan lampu taman dirusak. Ribuan mahasiswa itu mengamuk menuntut untuk disediakan penginapan dan akomodasi.
Akibatnya, kongres HMI tahun ini mendapat kecaman luas dari berbagai kalangan. Karena itu Akbar Tandjung merasa perlu untuk turun langsung.
Kerusuhan memang kerap mewarnai kongres HMI. Kongres HMI ke-28 pada 2013 juga berlangsung ricuh. Sejumlah kader HMI Makassar sempat diserbu oleh para pekerja pelabuhan, gara-garanya para anggota HMI itu melakukan protes karena ada kawannya yang tidak boleh naik kapal. Padahal mereka memang tidak beli tiket. Protes itu diwarnai pelemparan yang mengenai para buruh kapal. Akibatnya buruh kapal marah dan menyerang mereka sehingga lima mahasiswa terluka.
Puncak kerusuhan kongres HMI 2013 terjadi di Asrama Haji, Pondok Gede. Peserta yang belum mendapatkan kamar menginap tiba-tiba memaksa membuka kamar yang dikunci. Peserta langsung mengambil kasus dan membakar di lapangan sebagai protes penyelengaraan kongres. Fasilitas Asrama Haji lainnya ikut dirusak seperti di gedung A, B, dan C Asrama Haji kaca-kacanya pecah. Akibat kerusuhan itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan hadir dan membuka kongres HMI. Pembatalan dilakukan karena panitia acara dan pengurus HMI tidak bisa menjamin kongres di Asrama Haji Pondok Gede itu akan berlangsung secara kondusif, tertib, dan aman.