Ribuan kader HMI Sulselbar menutup pintu masuk Pelabuhan Soekarno Hatta Pelindo IV, Makassar, 17 November 2015. Mereka memaksa masuk ke pelabuhan untuk diberangkatkan menuju Riau, tempat pelaksanaan Kongres HMI ke-29. TEMPO/Fahmi Ali
TEMPO.CO, PEKANBARU - Efek ribuan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mengamuk di Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, cukup merepotkan warga kota. Massa anggota HMI dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Ambon, dan Sorong ini marah lantaran tidak disediakan penginapan dan akomodasi oleh panitia penyelenggara Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru.
"Mereka merasa tidak disambut dengan baik oleh panitia," kata warga Pekanbaru, Zuhdi Febryanto, kepada Tempo, Minggu, 22 November 2015.
Mahasiswa itu memblokade jalan dan membakar ban bekas di badan jalan. Mahasiswa melampiaskan kemarahan dengan merusak fasilitas umum. Kaca gedung Gelanggang Remaja pecah dilempari batu, begitu juga pagar dan lampu taman,yang dirusak. Massa mengancam, jika panitia tidak memberikan solusi, mereka akan merusak semua fasilitas umum yang ada. "Apa yang tampak dirusak oleh mereka," ujarnya.
Kongres HMI ke-29 di Pekanbaru sejak awal menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Acara yang berlangsung pada 22-26 November itu mendapat kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Riau sebesar Rp 3 miliar. Secara total, kongres HMI menelan biaya hingga Rp 7 miliar. Panitia mengaku memperoleh anggaran dari alumnus, pengurus besar, dan bekerja sama dengan pemerintah. "Kami juga bekerja sama dengan maskapai Lion Air untuk transportasi peserta kongres," ujarnya.
Kongres yang menelan APBD hingga Rp 3 miliar ini mendapat kecaman dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau. Fitra menyebutkan anggaran sebesar itu tidak realistis dikucurkan pemerintah daerah hanya untuk acara mahasiswa. Bahkan lebih besar daripada anggaran penanganan bencana kabut asap di Riau yang hanya Rp 1,4 miliar.