Wisatawan berjalan di kawasan Candi Tikus, suasana yang tenang dan bersih menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Candi Tikus. Hingga sampai saat ini fungsi Candi Tikus masih misterius, sebagian ahli berpendapat bahwa Candi tersebut untuk tempat mandi raja, namun sebagian lain mengatakan Candi tersebut berfungsi untuk saluran irigasi. Mojokerto, Jawa Timur, 1 Juni 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang yang mempunyai unsur nama Sugeng berkumpul di Desa Sugeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Sabtu, 14 November 2015.
Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Sugeng ini menggelar sejumlah kegiatan sosial dalam rangka memperingati hari ulang tahun Paguyuban Sugeng ke-7. “Dalam peringatan HUT ke-7 ini, kami mengadakan beberapa kegiatan, salah satunya penanaman seribu bibit pohon sengon,” kata Sekretaris Umum Paguyuban Sugeng, Sugeng Suratno.
Dia berharap penanaman pohon sengon ini bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar yang wilayahnya tandus.
Sugeng Suratno mengatakan banyak kegiatan yang dilakukan Paguyuban Sugeng selama ini. “Selain silaturahmi, yang paling sering adalah sunatan massal, santunan yatim piatu, dan memberikan bantuan kepada anggota yang tidak punya kemampuan fisik dan ekonomi,” ujarnya.
Menurut dia, sebagai paguyuban yang dibentuk atas dasar solidaritas itu, Paguyuban Sugeng memiliki lembaga keuangan Sugeng Peduli Sugeng. “Semacam lembaga pendanaan untuk semua Sugeng dan keluarganya kalau ada permasalahan,” tuturnya. Paguyban ini juga punya rintisan koperasi.
Selanjutnya: Sugeng Riyadi....
<!--more-->
Ketua Umum Paguyuban Sugeng, Sugeng Riyadi, mengatakan paguyuban orang dengan unsur nama Sugeng ini dirintis oleh seorang warga negara Malaysia bernama Sugeng Jabri. “Semula beliau mengumpulkan orang bernama Sugeng di Malaysia, lalu mencoba mengumpulkan nama Sugeng di Indonesia,” ucapnya.
Itu dilakukan sejak 2006 hingga terkumpul ratusan orang dan resmi mendirikan Paguyuban Sugeng pada 9 November 2008. Mereka berkomunikasi melalui jejaring media sosial berbasis Internet. “Dulu lewat Friendster saat belum ada Facebook atau Twitter,” katanya. Mereka juga membuat grup mailing list lewat Yahoo Group.
Dari tahun ke tahun, jumlah anggota paguyuban ini semakin bertambah. Bahkan pada tahun 2012 pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). “Waktu itu jumlah anggota kami sekitar 630 orang,” ujarnya.
Saat ini, anggota resmi Paguyuban Sugeng sudah mencapai 1.374 orang. Sedangkan pemilik unsur nama Sugeng yang tergabung dalam akun Facebook Paguyuban Sugeng mencapai 7.540 orang. “Hanya satu yang berkewarganegaraan Malaysia. Sisanya WNI, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.