Bikin Penasaran, Apa Itu Metode Belajar Blended Learning  

Reporter

Kamis, 12 November 2015 13:46 WIB

Foto: yorknewstimes.com

TEMPO.CO, Jakarta - Empat tahun lalu, Thomas Russell Middle School di Milpitas, California, Amerika Serikat, melakukan perubahan drastis dalam metode belajar, dari yang sebelumnya konvensional menjadi pembelajaran campuran (blended learning).

"Kalau dulu kita diajarkan duduk di bangku sekolah berjajar dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dengan blended learning setiap murid bebas bergerak serta berinteraksi dengan guru," ujar Wakil Presiden Majelis Pendidikan Milpitas, Gunawan Alisantosa.

"Blended learning" menggabungkan antara instruksi ruang kelas tradisional dan pembelajaran digital. Pembelajaran ini menggabungkan penggunaan buku dan perangkat lunak.

Dengan metode tersebut, sistem pendidikan lebih berorientasi pada murid, dan mendorong murid untuk belajar sepanjang hayat.

Melalui metode blended learning, guru dan murid akan memiliki akses ke data yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar. Guru juga dengan mudah bisa memantau perkembangan murid.

Di Milpitas, setiap murid di sekolah itu juga dipinjamkan satu komputer jinjing. Tiap laptop ditempeli stiker nama-nama murid. Perangkat teknologi tersebut tidak dibawa pulang. Setelah belajar, mereka harus mengumpulkan dan menyimpannya di loker.

Mereka menggunakan komputer jinjing untuk melakukan latihan di kelas atau melakukan penelitian.

Gunawan, yang sudah menetap 38 tahun di Amerika Serikat, mengatakan hal serupa tidak hanya ada di sekolah menengah, tetapi juga mulai dari jenjang sekolah dasar.

Seperti tampak di suatu kelas, seorang guru perempuan mendampingi tiga murid yang serius menatap layar laptop masing-masing.

Mereka duduk berkelompok dan membentuk lingkaran. Sang guru berdiskusi dengan salah satu murid.

Dua murid lainnya sibuk mengerjakan soal matematika dari layar laptop mereka. Di sisi kanan mereka terdapat kertas yang digunakan untuk coretan mencari jawaban.

Penggunaan kertas di kelas pun jauh berkurang. Misalnya untuk mengerjakan latihan, mereka tidak lagi harus menulis pada papan tulis, namun cukup mengetik pada laptop mereka yang kemudian diunggah dan dinilai oleh guru mereka.

Kursi-kursi di kelas bukan kursi statis, melainkan kursi yang dilengkapi roda. Murid-murid pun lebih fleksibel bergerak dan berinteraksi dengan guru.

"Guru pun mengajar berdasarkan kemampuan belajar sang murid. Setiap murid mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga pendekatan yang dilakukan harus berbeda pula," kata Gunawan.

Di Milpitas, murid yang memiliki kemampuan menangkap pelajaran agak lamban diberikan bimbingan tambahan.

"Pada tingkat sekolah menengah ada juga sekolah untuk anak yang membutuhkan perhatian khusus atau nakal. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 174. Mereka diberi bimbingan tambahan, dan banyak yang berhasil masuk ke situ," cetus Gunawan.

Sekolah itu juga tidak menetapkan juara kelas. Rauel Kusunoki, kepala sekolah SD mengatakan, setiap murid mempunyai kemampuan yang berbeda untuk setiap bidang. Murid memiliki keunggulannya masing-masing, entah itu matematika, bahasa, ataupun olahraga.

Ada ujian yang dilakukan, baik ujian perbandingan maupun kompetensi, tapi tidak digunakan untuk menentukan kenaikan kelas, ataupun lulus atau tidak.



ANTARA


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya