Bung Tomo: Pekik Allahu Akbar, Sukarno, dan Mahasiswi Nakal

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 9 November 2015 20:32 WIB

Pimpinan Redaksi Panjebar Semangat, Moechtar (90) menceritakan pengalamanya saat bertemu Bung Tomo, di Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Ketika peristiwa 10 November 1945 pecah, Moechtar telah kembali ke Yogya untuk melanjutkan sekolah. Di Yogyakarta, situasi juga tidak aman. Ia balik ke Pacitan. Setelah Class Action II yang berakhir, pada tahun 1950, Moechtar hijrah ke Surabaya ikut saudaranya yang tinggal di Surabaya. Kebetulan ketika perang masih berkecamuk di Surabaya, sejumlah saudaranya mengungsi dengan cara balik ke kampung halaman di Pacitan. Setelah situasi tenang, mereka kembali ke Surabaya.

Moechtar bersama rombongan keluarga besarnya, pergi ke Surabaya dengan naik kapal milik Belanda dari Pacitan dan mendarat di Surabaya. “Kami mengitari setengah pulau Jawa dari selatan Jawa menuju pelabuhan di utara Pulau Jawa, di Surabaya,” kata Moechtar.

Semula, Moechtar berniat menjadi guru. Sebuah profesi yang menurut dia terhormat dan berwibawa. Tapi, tawaran menjadi guru ketika itu tidak untuk penempatan di Surabaya, tetapi di Bondowoso. Moechtar menolak tawaran itu, dan memilih bertahan di Surabaya. Ia bersama saudaranya sempat tinggal di Pasar Besar Wetan, di Surabaya. Kini, tidak jauh dari Tugu Pahlawan Surabaya.

Lewat interaksi dan perkenalan dengan sejumlah orang di Surabaya, pada tahun 1951 Moechtar menjadi wartawan untuk media bernama Harian Umum. Ia bekerja di media ini hingga tahun 1968. Ketika menjadi wartawan inilah, Moechtar kenal dengan Bung Tomo. Perkenalan pertama Moechtar dengan Bung Tomo terjadi pada tahun 1950, ketika wartawan Surabaya melakukan liputan mewawancarai tokoh di Tugu Pahlawan Surabaya. Wawancara itu di lapangan terbuka. Moechtar tidak ingat persis ketika itu sedang wawancara apa, dan siapa tokoh itu.

Melalui Asmanu, kolega sesama wartawan di Surabaya, Moechtar diperkenalkan ke Bung Tomo. Semula, ia mengenal Bung Tomo dari suaranya saja. Karena kesamaan profesi, Moechtar kenal langsung dengan Bung Tomo. Kesan pertama Moechtar melihat dan kenalan dengan Bung Tomo adalah, ternyata Bung Tomo berbadan kecil tapi tubuhnya padat. Ia tak menduga orang yang di radio terdengar bersuara gagah dan menggelora, ternyata secara fisik tubuhnya kecil. Bung Tomo, kata Moechtar, adalah tipe orang yang ramah dan hangat. “Sejak itu, dalam beberapa kesempatan, saya bertemu Bung Tomo,” kata Moechtar.


Selanjutnya: Mengkritik Soeharto, Sukarno, dan Mahasiswi Nakal


<!--more-->

Berita terkait

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

4 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

15 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

15 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

15 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

27 hari lalu

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?

Baca Selengkapnya

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

35 hari lalu

Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?

Baca Selengkapnya

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

48 hari lalu

Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?

Baca Selengkapnya

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.

Baca Selengkapnya