Penumpang menunggu jadwal penerbangannya di Terminal Internasional Bandara Ngurah Rai, Denpasar, 4 November 2015. Penutupan tersebut dilakukan berdasarkan informasi BMKG dan Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin, Australia. ANTARA/Nyoman Budhiana
TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan calon penumpang rute domestik memadati pusat layanan maskapai penerbangan untuk meminta pengembalian uang tiket atau refund di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali.
"Saya mau refund tiket. Saya mau lewat jalan darat saja," kata Pipit Anggraini, calon penumpang Garuda Indonesia, di pusat layanan pada Terminal Keberangkatan Domestik bandara ini di Kuta, Kabupaten Badung, Kamis, 5 November 2015.
Pipit seharusnya berangkat ke Jakarta kemarin. Namun, karena erupsi Gunung Baru Jari di Lombok yang membuat Bandara Ngurah Rai ditutup telah memaksanya membatalkan jadwal penerbangan dan meminta pengembalian uang.
Hal serupa diminta Wahyudi, penumpang yang rela antre di loket pelayanan maskapai terpadu.
Mengingat ketidakpastian karena faktor alam, Wahyudi memutuskan meminta pengembalian uang tiket ke Indonesia AirAsia. "Seharusnya saya berangkat ke Surabaya Kamis ini tetapi karena penutupan bandara maka saya mau refund," ucap Wahyudi.
Para calon penumpang domestik hingga saat ini masih memadati layanan maskapai di Ngurai Rai untuk meminta pengembalian uang tiket dan mengonfirmasi penerbangan lanjutan ke pihak maskapai.
Ngurah Rai kembali ditutup hingga pukul 08.45 WITA esok Jumat setelah sebaran abu vulkanik anak Gunung Rinjani menutupi wilayah udara Bali.
Hingga saat ini Angkasa Pura I Ngurah Rai belum memberikan detail jumlah tambahan jadwal penerbangan yang dibatalkan hingga estimasi penutupan Jumat pagi esok itu.
Sebelumnya jumlah jadwal penerbangan kedatangan dan keberangkatan baik rute domestik dan internasional yang dibatalkan ada 692 penerbangan dengan puluhan ribu calon penumpang telantar di salah satu bandara tersibuk di Indonesia itu.
Ekonom Ini Sebut Rencana Pembangunan LRT Bali Keliru, Apa Alasannya?
28 September 2023
Ekonom Ini Sebut Rencana Pembangunan LRT Bali Keliru, Apa Alasannya?
Ekonom, yang juga Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengatakan sistem LRT adalah moda transportasi yang mahal dengan kapasitas relatif terbatas.