Kabut Asap dan Kebakaran Hutan, Satwa pun Terancam Punah  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Sabtu, 31 Oktober 2015 09:40 WIB

Orang utan beraktivitas di tengah kabut asap yang menyelimuti areal hutan sekolah Orang utan Yayasan Penyelamatan Orang utan Borneo (BOSF) di Arboretum Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, 5 Oktber 2015. Kabut asap diakibatkan dari kebakaran lahan dan hutan. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran hutan mengubah perilaku satwa. Pakar kodok dan reptil dari Institut Teknologi Bandung, Joko Iskandar, mengatakan perubahan perilaku satwa tersebut bisa berujung pada menurunnya populasi hingga kepunahan. Terutama pada jenis satwa yang berumur pendek, seperti jenis kodok tertentu dan serangga.

Joko mengemukakan hal itu berdasarkan pengalamannya. Pada Agustus 1997, ketika terjadi kebakaran hutan di Kalimantan, ekspedisi riset bersama peneliti dari Malaysia di Taman Nasional Betung Kerihun, Kalimantan Barat, dekat dengan perbatasan Serawak, Malaysia, terpaksa dihentikan. Sebab, selama tiga bulan, tim yang di antaranya terdiri atas peneliti kodok dan reptil, burung, mamalia, serta primata sulit menemukan satwa incarannya.

Lokasi riset yang ditempuh selama tiga hari dengan naik kapal boat dari Entikong hanya berjarak pandang 15 meter. "Padahal jaraknya dari lokasi kebakaran hutan sekitar 100 kilometer," ucap Joko di gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Jumat, 30 Oktober 2015.

Menurut Joko, saat itu sinar matahari sulit menembus lokasi riset mereka. Buktinya, pakaian yang mereka cuci dan dijemur selama tiga hari tak bisa kering, sehingga mereka terpaksa memakai pakaian lembap. Joko, yang ingin meneliti katak dengan waktu terbaik pada malam hari, tak mendapat tanda-tanda kehadiran katak. "Selama satu bulan di sana, tidak terdengar suara katak," ujarnya.

Tim lain pun mengalami hal serupa. Tak ada burung yang bisa diamati. Kelelawar pun tak muncul. Primata, seperti kera, beruk, dan lutung, memilih diam di tempat tertentu. Untuk makan, mereka hanya menjangkau tumbuhan terdekat, tidak menjelajah seperti biasanya. Suara primata juga tidak terdengar.

Perubahan alam akibat kabut asap kebakaran hutan itu, menurut Joko, juga mengganggu proses berkembang biaknya satwa. Bulan yang juga sulit terlihat mengganggu perkembangbiakan kodok. "Untuk jenis kodok yang umurnya hanya sebulan, populasinya bisa turun," tuturnya. Begitu pun jenis serangga yang berusia satu-dua bulan.

Setelah tiga bulan berjalan, ekspedisi riset akhirnya dihentikan. Setelah itu, Joko tidak pernah lagi ke sana. Menurut Joko, kebakaran hutan itu tidak hanya berdampak pada manusia, tapi juga mengancam keanekaragaman hayati.

"Kami ke sana faktanya begitu. Mungkin ini fenomena yang tidak terpikirkan orang," kata Joko. Kemungkinan lain, perlu dana besar untuk ekspedisi penelitian lanjutan atau berkala tahunan, karena penelitiannya berjangka panjang.

ANWAR SISWADI




Berita terkait

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

3 jam lalu

Kisah Hieronimus Jevon Valerian, Wisudawan ITB dengan IPK Sempurna 4

Begini cerita Hieronimus Jevon Valerian yang kerap mengorbankan waktu luang untuk belajar dan memanfaatkan waktu selama berkuliah di ITB.

Baca Selengkapnya

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

1 hari lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

2 hari lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

2 hari lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

2 hari lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

4 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

5 hari lalu

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

Mengatasi peserta yang berpakaian kurang pantas, panitia UTBK SNBT 2024 menyediakan kostum pinjaman, umumnya berupa kemeja dan sepatu.

Baca Selengkapnya

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

5 hari lalu

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

Pusat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Bandung menerapkan berbagai macam cara untuk mengantisipasi kecurangan saat UTBK SNBT 2024

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

5 hari lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya