Ada Alat Atasi Dampak Kabut Asap, Mau Tahu?  

Reporter

Editor

Budi Riza

Jumat, 30 Oktober 2015 11:51 WIB

Sisa asap usai dipadamkan menyisakan api dari dalam tanah gambut di kawasan hutan Gunung Lawu, Cemoro Sewu, Jawa Timur, 26 Oktober 2015. Bram Selo Agung/Tempo

TEMPO.CO, Padang - Guru besar biokimia di Institut Teknologi Bandung, Zeily Nurachman, menciptakan alat yang dinamakan Bunker Perlindungan Asap untuk mengurangi dampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan.

Uji coba alat ini pertama kali dilakukan Zeily di Sekolah Dasar Negeri Percobaan, Jalan Ujung Gurung Kota Padang, Sumatera Barat.

Zeily mengaku alat ini dipasang di sekolah untuk menghindari siswa dari dampak kabut asap. Sebab, asap sangat rentan terhadap anak-anak.

Peralatan yang harus disiapkan adalah akuarium, aerator atau alat penghasil gelembung udara dalam air, dan mikroalga "Tiga bahan itu digunakan untuk menyerap karbondioksida dalam ruang kelas," ujarnya saat dihubungi Tempo, Kamis, 29 Oktober 2015.

Konsepnya, ucap Zeily, mikroalga dimasukkan ke dalam akuarium berisi air yang sudah dipasangi alat penghasil gelembung udara agar menghasilkan oksigen secara alami dan alga akan memakan partikel-partikel debu tersebut. Kemudian ventilasi ruangan ditutup dengan kain filter yang sudah disemprot air basa atau air kapur, supaya udara di luar tidak banyak yang masuk ke dalam ruangan.

Zeily menyarankan agar memasang dua kipas angin. Fungsinya, menyaring debu. "Yang penting itu menyalakan lampu neon dengan sempurna. Supaya siswa mendapatkan cahaya yang cukup dalam ruangan yang ditutupi kain filter," tuturnya.

Menurut dia, air di dalam akuarium itu akan berwarna hijau apabila partikel debu dalam ruangan pekat.

Air di dalam akuarium itu bisa diganti. Namun hanya 80 persen. Sebab, 20 persen air di dalam akuarium itu merupakan bibit mikroalga.

Alhasil, alat yang dibuat Zeily terbukti berhasil mengurangi konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) di dalam kelas.

Saat pemasangan tersebut, di halaman sekolah tersebut indikator PM10-nya menunjukkan kadar 180 mikrogram per meter kubik. Sedangkan di dalam kelas yang dipasangi alat itu indikator PM10-nya berada pada angka 70-80 mikrogram per meter kubik.

Menurut dia, bungker perlindungan asap ini bisa diduplikasi untuk sekolah lain di Sumatera Barat dan daerah-daerah yang terdampak kabut asap. Apalagi alat ini bisa dipasang siapa pun dengan harga murah.

"Silakan ini dibuat di kelas dan rumah. Masyarakat juga berkreasi dalam membuat alat tersebut," ujarnya. Misalnya, dengan mengisi ikan ke dalam akuarium.

ANDRI EL FARUQI



Berita terkait

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.

Baca Selengkapnya

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

9 Oktober 2023

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

7 Oktober 2023

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

7 Oktober 2023

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

Asap karhutla, kata dia, sampai ke negara tetangga ketika karhutla sedang mencapai puncaknya.

Baca Selengkapnya

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

2 Oktober 2023

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

Hal itu dilakukan lantaran kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti daerah tersebut.

Baca Selengkapnya

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

28 September 2023

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengundurkan jam masuk sekolah bagi peserta didik karena dikepung asap.

Baca Selengkapnya

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

29 Agustus 2023

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

Manggala Agni dan TNI masih melanjutkan pemadaman kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Desa Tarai Bangun, Kabupaten Kampar, Riau, yang meluas.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

20 Agustus 2023

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

Walhi menyebut kebakaran hutan di Kalimantan yang terus terulang karena pemerintah tidak serius mengurus Sumber Daya Alam (SDA).

Baca Selengkapnya

Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada

8 Juni 2023

Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada

Menurut FlightAware, lebih dari 100 penerbangan telah ditunda di Bandara LaGuardia dan 55 telah ditunda di Bandara Newark.

Baca Selengkapnya

Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California

26 September 2021

Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California

Jaksa mendakwa perusahaan listrik Pacific Gas & Electric karena gagal menebang pohon yang jatuh ke kabel listrik dan memicu kebakaran hutan California

Baca Selengkapnya