Greenpeace Bantah Untungkan Perusahaan Pembakar Hutan  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 29 Oktober 2015 16:34 WIB

Sejumlah artis ibukota dan aktivis Greenpeace berfoto bersama dalam kampanye "Perkuat Moratorium Hutan", di Jakarta, 10 Mei 2015. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Greenpeace Indonesia, Longgena Ginting, membantah tudingan pihaknya menerapkan constructive engagement yang menguntungkan perusahaan-perusahaan besar yang diduga terlibat membakar lahan. Menurutnya Greenpeace tetap menjaga independensi dan menyatakan tidak ada kerjasama formal MOU antara pihaknya dengan perusahaan tersebut.

Longgena menuturkan banyak perusahaan besar setuju atas tuntutan Greenpeace tentang zero deforestation, no peat development, dan free prior and informed consent (FPIC). Ia menambahkan Greenpeace melakukan pengawasan terkait implementasi dan untuk memastikan perusahaan-perusahaan tersebut menjalankan komitmennya.

Tetapi ia mengakui bila banyak pemahaman yang tidak tepat dari orang luar terkait strategi corporate campaign Greenpeace. Sehingga orang melihat Greenpeace sebagai alat greenwash bagi perusahaan. Namun ia menuturkan saat ini waktunya untuk memastikan perlindungan hutan dan gambut dibuat permanen melalui hukum dan peraturan.

"Sehingga sekarang Greenpeace masuk ke political campaign, lewat kampanye transparansi informasi dan solusi bagi perlindungan gambut." ujarnya saat dihubungi Tempo, Kamis 29 Oktober 2015.

Ia menambahkan pihaknya sudah bertahun-tahun melakukan corporate campaign, dan hasilnya perusahaan-perusaahn besar komitmen dengan kebijakan zero deforestation

Longgena menuturkan dana US$ 10 juta yang ada merupakan dukungan dari supporter Greenpeace. Ia mengatakan pihaknya tidak menerima dana dari perusahaan dan pemerintah, namun hanya mengandalkan donasi individu dan yayasan pribadi. "Ini untuk tetap independen dan kami tidak diatur oleh kepentingan politik, bisnis atau perorangan," kata dia

Sebelumnya Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Emmy Hafild memutuskan berhenti sebagai supporter Greenpeace Indonesia. Menurutnya ia kecewa atas sikap Greenpeace yang mengadvokasi perusahaan besar yang diduga terlibat kebakaran lahan gambut. "Saya kecewa dan marah dengan strategi constructive engagement dengan perusahaan besar yang terlibat dalam kebakaran lahan gambut," katanya dalam beritalingkungan.com

Menurut Emmy, Greenpeace tidak perlu ragu untuk melakukan reposisi strategi tersebut, sebab opini publik sudah jelas meminta perusahaan tersebut dihukum pidana, pencabutan izin, dan pengenaan denda yang besar. "Terbakarnya lahan-lahan perusahaan tersebut menunjukkan strategi `Constructive engagement` yang diterapkan Greenpeace sejak tahun 2013 gagal total," kata Emmy.

Emmy menambahkan dengan dukungan dari rakyat berupa pemasukan lebih dari Rp 10 miliar pertahun, Greenpeace tidak memiliki pilihan lain kecuali bersama rakyat.

AHMAD FAIZ IBNU SANI

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

9 jam lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

2 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

2 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

6 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

22 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

26 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

34 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

37 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

37 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya