TEMPO.CO, Banjarmasin - Koordinator Gerakan Anti-Asap (GAS), Kartika, mengaku belum melakukan evakuasi gelombang kedua setelah mengirim sebelas korban asap ke Kota Banjarmasin, Kamis, 22 Oktober 2015.
Rencananya, kata dia, evakuasi tahap dua akan digelar pada Minggu, 25 Oktober 2015. “Belum ada lagi evakuasi gelombang kedua, mungkin hari Minggu ada yang ke sini,” kata Kartika di Banjarmasin, Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Kartika, sebenarnya GAS akan membawa kembali para sebelas korban asap ke Kota Palangkaraya. Namun, Kartika menunda rencana itu menyusul kabut asap semakin tebal di Palangkaraya. Walhasil, kesebelas korban asap evakuasi gelombang pertama masih tertahan di Banjarmasin.
Kamis, 22 Oktober 2-15, GAS dan Pemuda Maju Bersama Banjarmasin, sepakat menyewa satu rumah untuk menampung para korban asap yang kebetulan tidak memiliki kerabat di Banjarmasin. Mereka terketuk melihat penderitaan korban asap yang berhari-hari mesti menghirup udara kotor di Kota Palangkaraya.
Evakuasi diutamakan bagi anak-anak, lansia, dan ibu hami. Untuk gelombang pertama, sebelas korban asap Palangkaraya dikirim ke Banjarmasin. Mereka terdiri atas lima orang dewasa dan enam anak-anak. Lima orang dewasa korban asap ini atas nama Lina, 31 tahun, Linda (28 tahun), Tika (32 tahun), Stephen (11 tahun), dan Vini (50 tahun). Adapun korban anak-anak atas nama Rafa (4 tahun), Dika (3 tahun), Stevano (13 bulan), Jenny (6 tahun), Rizky (11 bulan), dan Lintang (3 tahun).
Para korban asap Kota Palangkaraya ditampung di salah satu rumah kompleks Banjar Indah Permai, Kelurahan Pemurus Dalam, Kecamatan Banjarmasin Selatan. "Sewa rumahnya Rp 1,5 juta per bulan setelah nego. Sebetulnya pemilik rumah minta Rp 24 juta setahun, ya semoga pemilik rumah terketuk hantinya kalau sudah melihat para korban asap," ujar relawan kompleks Banjar Indah Permai, Inju Faiqotul Himmah.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Syamsudin Noor mencatat ada lonjakan titik panas cukup signifikan di Kalimantan Selatan. Satelit Terra dan Aqua pada Jumat sore, 23 Oktober 2015, menemukan sebaran 159 titik panas se-Kalimantan Selatan. Jumlah ini melonjak ketimbang titik panas pada Jumat pagi pukul 06.00 Wita, sebanyak sembilan titik panas.
DIANANTA P. SUMEDI
Baca juga:
Dewie Limpo Terjerat Suap: Inilah 7 Fakta Mencengangkan
Skandal Suap: Terkuak, Ini Cara Dewie Limpo Bujuk Menteri
Berita terkait
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T
10 hari lalu
Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.
Baca SelengkapnyaPertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023
18 hari lalu
Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.
Baca SelengkapnyaBNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera
43 hari lalu
Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaRisiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api
46 hari lalu
Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaPenugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca
48 hari lalu
Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.
Baca SelengkapnyaTentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah
48 hari lalu
Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.
Baca SelengkapnyaMendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla
48 hari lalu
Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.
Baca SelengkapnyaPara Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan
48 hari lalu
Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.
Baca SelengkapnyaSuhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas
53 hari lalu
Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?
Baca SelengkapnyaKebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla
3 Maret 2024
Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?
Baca Selengkapnya