TEMPO.CO , Kendari:Sedikitnya 20 desa di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Utara yakni Kecamatan Wakorumba Utara, Kecamatan Kulisusu, Kecamatan Bonegunu dan Kecamatan Kulisusu Barat, dilanda kekeringan. Pasokan air tanah sudah beberapa bulan telah mengering. Ribuan warga di desa tersebut terpaksa mengkonsumsi air sungai yang keruh.
Di desa Kotawo misalnya, warga harus berjalan kaki sekitar 1 kilometer lebih untuk mendapatkan air. Tak hanya itu, untuk mendapatkan air satu ember kecil warga juga harus mengantri 3 hingga 4 jam. Kondisi air pun sudah tidak layak konsumsi karena berwarna kuning.
"Sudah lama sumur kering, jadi mau tidak mau kami pakai air kali yang keruh," ujar Hajarul, warga Desa Kotawa, Jumat 23 Oktober 2015.
Hal senada juga di sampaikan Sunarti, 32 tahun, warga Kulisusu mengatakan, kekeringan yang di alami warga di tempatnya sudah terjadi sekitar 4 bulanan. Hal itu berdampak mereka sulit mendapat air bersih. Air sumur yang menjadi andalan warga untuk kebutuhan air bersih telah mengering.
"Untuk masak ya kami harus beli, kalau buat mandi dan mencuci ambil air di kali angkutnya pakai gerobak atau motor," terang Sunarti.
Ironisnya, Pemerintah Kabupaten Buton Utara seakan tutup mata. Padahal kekeringan sudah terjadi sejak Juli lalu. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buton Utara Kasrul mengatakan, pihaknya sudah melakukan segala hal yang dibutuhkan dalam administrasi untuk meminta bantuan air bersih di pemerintah Kabupaten Butur. Namun hingga saat ini tidak ada kejelasan.
"Kami juga sudah memita kejelasan dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), jawaban dari kepala BPKAD sendiri untuk tahun 2015 tidak bisa dibantu karena anggaran tidak ada," ujar Kasrul. Padahal dalam APBD Buton Utara terdapat anggaran belanja tak terduga yang diperuntukan untuk bencana atau keadaan darurat mencapai Rp 3 miliar.