Emisi Karbon dari Gas Kebakaran Hutan RI Melebihi Amerika  

Reporter

Editor

Natalia Santi

Senin, 19 Oktober 2015 19:05 WIB

Petugas pemadam kebakaran dari Departemen Kehutanan menyemprotkan air pada kawasan hutan gambut yang terbakar di Rimbo Panjang Desa di Kampar, Riau di Indonesia, 6 September 2015. REUTERS/YT Haryono

TEMPO.CO, Amsterdam - Emisi gas rumah kaca dari kebakaran gambut di Kalimantan dan Sumatera diklaim telah melebihi emisi yang dihasilkan Amerika Serikat, menjadikan Indonesia salah satu pencemar karbon terbesar di dunia tahun ini, demikian menurut data yang diterbitkan peneliti di Universitas Amsterdam.

Menurut hitungan sang peneliti, Guido van der Werf - yang diposting di website Global Fire Emisssions Database (GFED) sebagaimana dilansir dari laman Eco Business.com - emisi karbon dari kebakaran Indonesia ini telah setara dengan satu miliar ton CO2 - lebih dari emisi tahunan Jerman.

Dikatakan, sejak awal September, kebakaran di Indonesia telah memancarkan karbon pada tingkat 15-20 juta ton per hari - sebagai pembanding, lebih dari 14 juta ton dipancarkan setiap hari oleh seluruh kegiatan ekonomi Amerika.

Yang mengejutkan, perkiraan itu dikatakan masih bersifat konservatif karena peneliti hanya memperhitungkan emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O) dari api. Mereka tidak memasukan emisi dari oksidasi gambut.

Mengingat areal lahan gambut dipengaruhi oleh api, van der Werf mengatakan temuan sebenarnya tidaklah mengejutkan. "Tidak peduli seberapa menakjubkan laju emisi ini, saya tidak berpikir siapa pun yang melihat kebakaran ini akan merasa heran," kata van der Werf seperti dilaporkan mongabay.com.

"Ada hubungan yang erat antara kekeringan dan kebakaran dimana kekeringan yang hebat menyebabkan sebuah kebakaran besar. Ada begitu banyak lahan tidur di bawahnya terdapat lahan gambut yang tidak dikelola dengan baik. Ditambah ketegangan sosial ekonomi dan kondisi kekeringan, Anda punya resep untuk membuat bencana," ujarnya.

Van der Werf menegaskan bahwa kebakaran lahan pada 2015 merupakan kebakaran terbesar sejak bencana El Nino 1997-1998. Ketika itu sekitar delapan juta hektar lahan berubah menjadi kumpulan asap. Soal apakah besarnya bencana kebakaran di Indonesia kali ini, akan melampaui peristiwa 1997-1998, menurutnya akan sangat tergantung pada berapa lama kondisi kekeringan berlangsung.

"1997-1998 adalah luar biasa. Tetapi 2015 juga luar biasa. Saya tidak berpikir itu akan melebihi 1997-1998 kecuali jika musim hujan tertunda."

Dikatakan temuan tersebut harusnya mejadi fokus perhatian akan pentingnya mengakhiri pendekatan bisnis konvensional dalam pengelolaan lahan di Indonesia jika dunia berharap untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sejauh ini, Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi emisi.

Sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia, Indonesia dipercaya memiliki peluang luar biasa untuk mengurangi emisi. Restorasi lahan gambut dan hutan yang rusak bisa menyerap miliaran ton karbon, sekaligus mengurangi risiko kebakaran dan kejadian kabut asap, juga akan meningkatkan layanan ekosistem lainnya, seperti penyediaan air tawar dan membantu melawan kekeringan dan siklus banjir.

Selain bisa membantu memperbaiki hubungan dengan tetangganya - Singapura dan Malaysia - yang dikepung oleh kabut hampir setiap musim kemarau.

ECO BUSINESS.COM | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

47 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

47 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

48 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

52 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

59 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya