TEMPO Interaktif, Denpasar:Invasi Amerika Serikat ke Irak merupakan 'bom' kedua bagi Bali, setelah ledakan bom 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang. Meskipun perang Amerika dan Iraq tidak membawa korban jiwa seperti ledakan di Legian, namun berpengaruh besar terhadap industri kepariwisataan Bali. Kepala Australian Indonesia Institute, Philip Flood, menilai perang Amerika dan Irak sangat kuat pengaruhnya terhadap rasa keamanan global. Perang menimbulkan rasa kekhawatiran dan ketakutan. Perang menimbulkan persepsi kurang aman, kata dia kepada wartawan di Sanur, Bali, Jumat sore (21/3). Menurut dia, warga Eropa yang harus melewati Asia Timur, jelas akan ketakutan akibat perang ini. Cara paling aman untuk menghindari rasa ketakutan akibat perang, kata dia, adalah tetap tinggal di rumah. Seperti warga Australia umumnya, Flood mengaku memilih melakukan aktivitas di dalam negaranya sendiri. Ia berpendapat, Bali sebagai daerah pariwisata akan mengalami langsung dampak perang ini, sehingga industri kepariwisataan bisa semakin hancur. Pertama akibat ledakan bom di Legian, kedua adalah perang ini, kata Flood. Penilaian itu dibenarkan oleh Sales Manager Hotel Puri Santrian Sanur, Made Suardana. Menurut dia, industri pariwisata Bali sebenarnya sudah menunjukkan pemulihan pada Februari 2003, terlihat tingkat hunian yang sebelumnya anjlok sampai 15 persen, sudah mencapai 25-30 persen. Tapi invasi ini sangat memukul kepariwisataan Bali karena banyak yang sudah cancel, khususnya dari Eropa dan Amerika, dengn alasan situasi perang. (Djalil Hakim/Alit Kertaraharja-Tempo News Room)
Berita terkait
XDefiant, Game Shooter Saingan Call of Duty Siap Rilis Bulan Ini
36 detik lalu
XDefiant, Game Shooter Saingan Call of Duty Siap Rilis Bulan Ini
Ubisoft akan merilis musim pertama Xdefiant, game tembak menembak berkelompok, melalui Ubisoft Connect.