Lulusan SMK Tak Sesuai Kebutuhan Industri, Ini Solusinya  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Rabu, 7 Oktober 2015 15:41 WIB

Ilustrasi - Suasana belajar di laboratorium komputer Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 57, Jakarta, 18 September 2007. [TEMPO/ Ramdani; RD2007091802] (KOMUNIKA)

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi Sumarna Abdurahman mengatakan masih ada ketidaksesuaian antara tenaga kerja yang dihasilkan lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan tenaga kerja yang diperlukan industri. ”Ada link yang tidak match antara tenaga kerja SMK dan keperluan industri,” katanya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu, 7 Oktober 2015.

Ia mengatakan pihak industri sebenarnya sudah menerapkan sistem magang dengan siswa SMK sejak tahun 1994, tetapi tidak berjalan dengan lancar. Pihak industri mendapatkan tenaga kerja yang tidak sesuai yang mereka harapkan dan para mahasiswa tidak mendapatkan praktek sesuai dengan pengajaran teori mereka di bangku sekolah. “Apa yang dimagangkan dan diajarkan di dalam kelas itu berbeda,” katanya. Hal itu masih terjadi hingga tahun 2015.

Ia menawarkan tiga solusi untuk menangani masalah ini. Pertama, Sekolah Menengah Kejuruan diharapkannya bisa memiliki kompetensi dasar. Kompetensi dasar ini harus terintegrasi dengan pelajaran yang diajarkan di bangku sekolah dengan yang diperlukan oleh industri. “Kompetensi dasar harus dimiliki para lulusan SMK, sehingga bisa dikembangkan oleh industri,” katanya.

Kedua, ia menyarankan agar ada data yang pasti berapa sebenarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri serta sektor mana saja yang dibutuhkan oleh dunia industri. Menurut dia, data itu akan memberikan bantuan bagi sektor pendidikan untuk mempersiapkan siswanya dan untuk keperluan dunia industri.

Ketiga, Sumarna menyarankan agar lebih banyak kerja sama antara SMK dan industri. Ia mengatakan hal ini dapat membantu para SMK yang tidak memiliki peralatan canggih seperti di dunia industri. “Teknologi yang digunakan industri itu cepat mengalami kemajuan. SMK pasti akan kesulitan bila harus selalu membeli teknologi terbaru untuk praktek para siswanya,” katanya.

Sebelumnya, wajib belajar 12 tahun sudah dimulai sejak tahun ajaran baru ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan pihaknya secara bertahap akan membangun lebih banyak Sekolah Menengah Kejuruan dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas untuk fasilitas wajib belajar 12 tahun masyarakat. Ia pun akan lebih fokus membangun sarana dengan perbandingan SMK dan SMA, 60:40 persen.

SMK yang dibangun pun akan disesuaikan dengan kondisi daerah itu, apakah SMK bidang kemaritiman, pertanian, atau pariwisata atau yang lain. Harapannya, dengan membangun SMK yang sesuai dengan jurusannya, setelah lulus, para siswa tidak perlu mencari pekerjaan ke kota, namun bisa mengembangkan daerahnya masing-masing.

MITRA TARIGAN

Berita terkait

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

1 hari lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

7 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

9 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

35 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

36 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

39 hari lalu

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.

Baca Selengkapnya

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

41 hari lalu

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

49 hari lalu

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

53 hari lalu

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G mulai dipromosikan. Gawai ini termasuk kelas menengah, namun fiturnya lengkap dan mumpuni.

Baca Selengkapnya

Setelah 4 Tahun Tak Digelar Gaikindo, Ini Hal Menarik di GIICOMVEC 2024

54 hari lalu

Setelah 4 Tahun Tak Digelar Gaikindo, Ini Hal Menarik di GIICOMVEC 2024

Setelah empat tahun vakum, Gaikindo kembali adakan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2024. Apa yang menarik?

Baca Selengkapnya