Tim Basarnas bersama TNI bersiap melakukan pencarian udara mengunakan pesawat Aviastar PK-BRS di Bandara Lagaligo Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 2015. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan hilangnya pesawat Aviastar salah satunya karena diduga memotong jalur atau rute penerbangan seharusnya. ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Inspektur Jenderal Pudji Hartanto Iskandar mengatakan, dari hasil laporan anak buahnya yang berada di lapangan, kondisi sebagian besar jenazah korban jatuhnya pesawat Aviastar hangus terbakar. Dari sepuluh penumpang dan awak, hanya tiga jenazah yang masih utuh. Adapun kondisi badan pesawat telah hancur.
"Kondisi jenazah banyak yang hangus terbakar. Saat ini data antemortem keluarga korban semuanya sudah lengkap, jadi proses pencocokan DNA dan identifikasi tidak akan lama," kata Pudji, Selasa, 6 Oktober 2015.
Pesawat Aviastar dikabarkan hilang sejak Jumat, 2 Oktober 2015. Pesawat Aviastar baru ditemukan di Gunung Bajaja, Dusun Gamaru, Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Senin, 6 Oktober 2015.
Pangdam VII Wirabuana Mayor Jenderal Bahtiar mengatakan akan mengerahkan helikopter untuk mengangkut dan mengevakuasi korban. Semua jenazah akan dipindahkan dari Posko Disaster Victim Identification (DVI) di Ulusalu menuju Makassar. "Kami upayakan semua jenazah bisa sekali angkut menuju Makassar, biar prosesnya lebih cepat," ujar Bahtiar.
Adapun evakuasi dari Desa Ulusalu, tempat Posko DVI, ke lokasi jatuhnya pesawat di Gunung Buntu Bajaja hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama enam jam.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sedang mengumpulkan data-data pesawat Aviastar yang jatuh di Gunung Bajaja, Dusun Gamaru, Desa Ulusalu. Foto-foto serpihan pesawat akan menjadi obyek penyelidikan KNKT, termasuk memeriksa black box pesawat. Hasil penyelidikan KNKT tersebut akan diketahui satu tahun kemudian.