Begini Kegagalan BKKBN Setelah Orde Baru

Reporter

Editor

Zed abidien

Jumat, 2 Oktober 2015 15:28 WIB

Seorang dokter memasang Implan kepada peserta KB gratis pada acara hari keluarga berencana di Lapangan Balla Lompoa, Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (4/9). Pelayanan KB gratis ini sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kependudukan dan KB tahun 2013. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Sragen - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan merevitalisasi sejumlah program Keluarga Berencana. Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty menilai program tersebut macet dalam belasan tahun terakhir.

Menurut Surya, BKKBN telah dianggap gagal melaksanakan fungsinya. "Selama belasan tahun kami selalu mendapatkan rapor merah," katanya dalam peringatan Hari Kontrasepsi Internasional di Sragen, Jumat, 2 Oktober 2015.

Salah satu di antaranya, kata Surya, BKKBN gagal menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan. Sebelumnya, BKKBN ditargetkan bisa menurunkan angka 228 kematian ibu per seribu kelahiran hidup menjadi 112 per seribu kelahiran hidup. "Namun ternyata malah melonjak jadi 359 per seribu kelahiran hidup," katanya.

Ironisnya, kata Surya, tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan tidak pernah menjadi perhatian masyarakat. "Berbeda dengan misalnya ada 300 orang meninggal karena kecelakaan pesawat," katanya. Dia menyebut tingginya kasus kematian itu menjadi bahan introspeksi bagi institusinya.

Menurut Surya, tingginya angka kematian bayi disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu, usia ibu hamil, terlalu rapatnya jarak kehamilan, dan faktor ibu yang terlalu sering melahirkan. "Juga faktor bahwa pelayanan kami memang masih sangat kurang," katanya.

BKKBN, kata Surya, juga masih gagal menurunkan angka kelahiran bayi selama bertahun-tahun. Sejak 2002, angka kelahiran bayi masih stagnan di angka 2,6 anak per wanita. "Padahal harapannya bisa turun menjadi 2,2 anak per wanita," katanya.

Surya mengungkapkan, seluruh program keluarga berencana akan dievaluasi pada 2019. "Karena itu kami akan melakukan revitalisasi program secepatnya," katanya. Salah satunya, dengan membenahi struktur di lembaganya.

"Struktur BKKBN saat ini hanya sampai di provinsi," katanya. Kondisi itu membuat BKKBN kesulitan dalam bersinergi dengan BKKBN di daerah yang berada di bawah struktur pemerintah daerah. "Struktur dengan konsep sentralistik itu terbukti sukses di masa Orde Baru," kata dia. Rencananya, struktur baru itu akan mulai diberlakukan pada 2017.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

3 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Putri Mantan Bupati Sragen Ingin Maju Pilkada 2024, Baliho Sosialisasinya Dirusak

4 hari lalu

Putri Mantan Bupati Sragen Ingin Maju Pilkada 2024, Baliho Sosialisasinya Dirusak

Wina mengaku menyayangkan perusakan baliho sosialisasinya untuk Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

8 hari lalu

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.

Baca Selengkapnya

Kepala BKKBN Bilang Calon Pengantin Mesti Paham Ini Agar Dapat Mencegah Anak Stunting

45 hari lalu

Kepala BKKBN Bilang Calon Pengantin Mesti Paham Ini Agar Dapat Mencegah Anak Stunting

Pentingnya calon pengantin, kata Kepala BKKBN, memahami hal ini untuk mempersiapkan kehamilan dan mencegah anak stunting.

Baca Selengkapnya

Distribusi Bantuan Pangan Tahun Ini Mulai Lagi, 7 Provinsi Jadi Target Prioritas

48 hari lalu

Distribusi Bantuan Pangan Tahun Ini Mulai Lagi, 7 Provinsi Jadi Target Prioritas

Direktur Cadangan Pangan dari Badan Pangan Nasional atau Bapanas Rachmi Widiriani mengatakan berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebanyak 12 provinsi masuk dalam program pengendalian stunting nasional.

Baca Selengkapnya

Tebing Longsor Timpa 1 Rumah di Kabupaten Sragen, 3 Orang Meninggal

59 hari lalu

Tebing Longsor Timpa 1 Rumah di Kabupaten Sragen, 3 Orang Meninggal

Longsor terjadi di Dukuh Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah kemarin. Tiga orang meninggal.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Pil, Kenali 7 Jenis Alat Kontrasepsi KB

7 Februari 2024

Bukan Hanya Pil, Kenali 7 Jenis Alat Kontrasepsi KB

Alat kontrasepsi atau pencegah kehamilan beragam jenisnya, berikut adalah 7 di antaranya.

Baca Selengkapnya

Tunjangan Kinerja ASN Naik di 3 Lembaga, Ini Besarannnya

28 Januari 2024

Tunjangan Kinerja ASN Naik di 3 Lembaga, Ini Besarannnya

Presiden Jokowi telah menaikkan tunjangan kinerja bagi ASN di tahun 2024

Baca Selengkapnya

Jokowi Sindir Jalan Rusak di Jawa Tengah: Bertahun-tahun Enggak Beres

23 Januari 2024

Jokowi Sindir Jalan Rusak di Jawa Tengah: Bertahun-tahun Enggak Beres

Jokowi menyebut bahwa Jalan Surakarta-Purwodadi ini merupakan ruas yang memiliki tingkat kerusakan paling berat.

Baca Selengkapnya

BKKBN Kejar Target Penurunan Stunting 14 Persen di 2024

16 Desember 2023

BKKBN Kejar Target Penurunan Stunting 14 Persen di 2024

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr.(H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) telah membuat Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia.

Baca Selengkapnya