Menkes Bertemu Michael Bloomberg Bahas Pengendalian Tembakau

Reporter

Kamis, 24 September 2015 16:08 WIB

Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek berbicara pada Sidang World Health Assembly (WHA) ke-68 di Kantor PBB Jenewa, Swiss, 19 Mei 2015. Foto DokKementrian Luar Negeri

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek bertemu pendiri Bloomberg, Michael Bloomberg, dan Direktur Program Kesehatan Bloomberg Filantropi, Kelly Hening. " Mereka membahas program pengendalian tembakau di Indonesia," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Murti Utami dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Kamis, 24 September 2015.

Murti mengatakan pertemuan dengan Bloomberg itu berlangsung pada 22 September 2015 menjelang pelaksanaan sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa di ruang perpustakaan kantor Perwakilan Tetap Republik Indonesia New York USA.

Bloomberg, kata Murti, mengapresiasi program pengendalian tembakau yang salah satu hasilnya adalah terwujudnya kawasan tanpa rokok di 160 kabupaten/kota. Bloomberg juga memuji kampanye pengendalian tembakau melalui media massa yang telah berjalan di Indonesia sejak tahun 2014.

Sebelumnya, Bloomberg memberikan dukungan kepada Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan dalam mengumpulkan data-data terkait pengendalian tembakau dan penggunaan termbakau dalam Global Adult Tobacco Surveillance 2011. "Kerja sama itu akan dilaksanakan kembali pada 2016," kata Murti. Global Youth Tobacco Surveillance telah dilaksanakan pada tahun 2007, 2010 dan 2014.

Menteri Nila mengakui Indonesia belum meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja untuk Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control. Walau begitu Nila menjelaskan Indonesia sudah memiliki aturan tentang tembakau. Antara lain Peraturan Pemerintah (PP) No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan dan penerapan kawasan tanpa rokok.

Dalam pertemuan dengan Bloomberg itu, Nila mengatakan perilaku dan skap masyarakat terhadap kebiasaan merokok harus diubah. "Bagaimana mengubahnya dan bagaimana membuat pemahaman terhadap masyarakat, itulah yang harus menjadi fokus kedepan dalam program pengendalian tembakau," kata Nila.

Nila mengatakan isu politik juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terkait pengendalian tembakau. Hal itu terjadi pada pembuatan peraturan tentang area bebas rokok (Smoke Free Area) yang diterapkan di kabupaten dan kota. Namun sampai saat ini memang belum semua kabupaten/kota menerapkan kawasan bebas rokok.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan tembakau adalah menaikkan harga rokok sehingga menjadi mahal dan tidak mudah diakses oleh anak-anak. Selain itu wilayah penjualan rokok dijauhkan dari wilayah berkumpulnya anak-anak seperti sekolah.

Pengendalian tembakau di Indonesia bukan hanya tugas Kementerian Kesehatan, namun merupakan tugas bersama pemerintah baik pusat maupun daerah.

Menurut Murti, pihak Bloomberg Philantropies bersedia mendukung pengendalian isu tembakau di Indonesia dalam bentuk kampanye. "Namun pemerintah tetap memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan dan pembuatan regulasi terkait isu tembakau," kata Murti.

MITRA TARIGAN



Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

6 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

2 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

18 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

35 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

36 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

55 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya