Praktek Wisuda Abal-abal Beroperasi 3 Tahun, Ini Modusnya
Editor
Anton Septian
Senin, 21 September 2015 09:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi mengungkapkan praktek wisuda abal-abal yang digelar Yayasan Aldiana Nusantara telah berlangsung selama tiga tahun. Menurut Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad, selama tiga tahun itu pula Yayasan Aldiana seolah-olah membuka kelas jarak jauh sampai ke luar Jawa.
“Setelah ditelusuri, ternyata tidak ada pembelajaran. Jadi seperti jual-beli ijazah,” kata Supriadi, Sabtu, 19 September 2015.
Baca juga:
Dipalak Geng Motor Bandung, Sherina Mengadu ke Ridwan Kamil
Geger Lubang Hitam & Bulan Merah 28 September, Mau Kiamat
Dua hari yang lalu, Kementerian menggerebek prosesi wisuda di gedung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, yang digelar Yayasan Aldiana. Awalnya, wisuda diikuti dari perguruan tinggi di bawah yayasan tersebut, yakni 295 peserta dari Sekolah Tinggi Teknologi Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tangerang (150) serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Suluh Bangsa (293). Totalnya, 738 peserta. Namun, pada hari wisuda, jumlah peserta menjadi 978.
Menurut Supriadi, wisuda lancung ini terbongkar berkat laporan masyarakat kepada Tim Evaluasi. Tim ini dibentuk Kementerian Riset saat kasus dugaan jual-beli ijazah oleh University of Berkeley yang dikelola Lembaga Manajemen Internasional Indonesia (LMII), terungkap pada Mei lalu. “Kami mengkaji data pendidikan tinggi, lalu cross check dengan laporan masyarakat,” tuturnya. “Kami melakukan investigasi dan penyusupan.”
Dari penelusuran, selain di Jawa, Yayasan Aldiana membuka kelas jarak jauh di Sulawesi Selatan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Namun tak ada proses belajar-mengajar. Untuk mengikuti wisuda, peserta kelas mesti datang ke Jakarta dan membayar Rp 15 juta.
Selanjutnya >> Pengakuan Ketua Yayasan Aldiana...