Benarkah Pabrik Semen di Rembang Rusak Pasokan Air?

Reporter

Jumat, 18 September 2015 20:44 WIB

Tangan seorang petani yang terkena getah saat memanen tembakau di Desa Suntri, Rembang, Jawa Tengah, 17 Agustus 2015. Debu dari penambangan batu karst di Pegunungan Kendeng pada musim kemarau merusak sejumlah tanaman tembakau, akibatnya kualitas panen petani menurun dan membuat harga jualnya anjlok. TEMPO/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia bakal mengeruk batu gamping di Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, akhir tahun depan. Saat ini, pembangunan pabrik Semen Indonesia di Kecamatan Bulu masih terus berjalan. Begitu juga penolakan terhadap pembangunan pabrik semen. (Baca: Ini Alasan Semen Indonesia Ngotot Bangun Pabrik di Rembang)

Para penduduk penolak pabrik semen meyakini pembangunan pabrik semen bakal merusak lingkungan dan menghilangkan sumber air. “Hampir semua penduduk di sini petani. Bagaimana nasib mereka kalau tanah dan airnya rusak?” kata Joko Prianto, warga Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, yang juga salah satu koordinator penolak pabrik semen. (Baca: Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?)

Benarkah demikian? Peneliti geologi asal Institut Pertanian Bogor, Untung Sudadi, memperkirakan bakal terjadi kerusakan lingkungan jika Pegunungan Kendeng Utara, tempat pabrik dan lokasi tambang, digali. Sebabnya, kawasan tersebut merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih dan karst. Dua gejala alam tersebut berfungsi sebagai daerah resapan air dan menjaga pasokan air tanah. (Baca: Ganjar Pranowo: Gara-gara Investigasi Tempo Saya Dimarahi)

“Besar kemungkinan musim kemarau bakal terjadi kesulitan air dan musim hujan banjir, karena tak ada lagi resapan air di dataran tinggi,” ujar Untung. Menurut Untung, kawasan karst dan Cekungan Air Tanah Watuputih di Pegunungan Kendeng Utara sangat berpengaruh terhadap resapan dan pasokan air untuk kawasan utara Jawa Tengah. (Selengkapnya, baca majalah Tempo: Izin Janggal Bukit Kapur)

Mantan Kepala Badan Geologi Surono juga memperkirakan bakal terjadi kerusakan jika kawasan tersebut ditambang. “Logika saya, kalau ada penambangan, hampir pasti ada kerusakan. Tapi itu harus dibuktikan lagi,” tutur Mbah Rono, panggilan Surono.

Pendapat berbeda disampaikan Budi Sulistijo, Koordinator Penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandung. Menurut Budi, kawasan itu memungkinkan untuk ditambang karena karst di daerah tersebut merupakan karst biasa. “Bukan Kawasan Bentang Alam Karst yang dilindungi,” tutur Budi.

General Manager of Corporate Secretary PT Semen Indonesia Agung Wiharto membantah bakal ada kerusakan di kawasan tambang. Dalam suratnya kepada majalah Tempo, Agung menyatakan area yang sudah ditambang bakal segera direklamasi dan dijadikan daerah hijau. “Penghijauan ini akan meningkatkan fungsi resapan air tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan pada gilirannya akan memperbaiki iklim mikro di area tersebut.”

TIM INVESTIGASI TEMPO


Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Semen Indonesia Tembus Rp 38,65 Triliun Sepanjang 2023

53 hari lalu

Pendapatan Semen Indonesia Tembus Rp 38,65 Triliun Sepanjang 2023

PT Semen Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 38,65 triliun pada 2023 atau meningkat 6,2 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Warga Kendeng Geruduk Kantor Bupati Rembang Tuntut Pemerintah Hentikan Tambang Karst

8 Desember 2023

Warga Kendeng Geruduk Kantor Bupati Rembang Tuntut Pemerintah Hentikan Tambang Karst

Kedatangan para petani itu merespon rencana Bupati Rembang menarik pajak retribusi dari tambang ilegal yang beroperasi di daerah tersebut. "Merespon wacana itu, JM-PPK merasa kecewa dengan komitmen bupati," ujar perwakilan JM-PPK, Joko Prianto

Baca Selengkapnya

Semen Indonesia Bukukan Laba Rp866 Miliar di Semester I-2023

3 Agustus 2023

Semen Indonesia Bukukan Laba Rp866 Miliar di Semester I-2023

Laba bersih PT Semen Indonesia Tbk ditopang oleh pendapatan yang mencapai Rp17,03 triliun pada semester I-2023.

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Copot Kepala SMKN 1 Sale Rembang karena Dugaan Pungli

12 Juli 2023

Ganjar Pranowo Copot Kepala SMKN 1 Sale Rembang karena Dugaan Pungli

Ganjar Pranowo mencopot Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Rembang karena dugaan pungli. Dinas Pendidikan sebut uang itu untuk infak pembangunan musala.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Kepadatan di Jalur Pantura Pati-Rembang, Jembatan Juwana Mulai Dibuka

3 April 2023

Antisipasi Kepadatan di Jalur Pantura Pati-Rembang, Jembatan Juwana Mulai Dibuka

Jembatan JUwana dibuka untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas di Jalur Pantura Pati - Rembang, khusus menjelang mudik Lebaran 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Lima Saham Berpotensi Naik Versi Astronacci, Apa Saja?

30 Januari 2023

Inilah Lima Saham Berpotensi Naik Versi Astronacci, Apa Saja?

Perusahaan riset pasar keuangan Astronacci International memperkirakan saham-saham yang berpotensi mengalami kenaikan dalam waktu dekat.

Baca Selengkapnya

Batik Lasem, Semula Busana Khas Tionghoa di Rembang

23 September 2022

Batik Lasem, Semula Busana Khas Tionghoa di Rembang

Warna merah pada batik Lasem terbuat dari akar mengkudu, akar jeruk ,ditambah air Lasem yang kandungan mineralnya sangat khas.

Baca Selengkapnya

Batik Lasem, Batik Khas Rembang Hasil Perpaduan Kultur

23 September 2022

Batik Lasem, Batik Khas Rembang Hasil Perpaduan Kultur

Tasini menjelaskan perbedaan batik Lasem dengan batik dari daerah lain, adalah warna merah yang biasa tampak mendominasi budaya Tiongkok.

Baca Selengkapnya

78 Tahun KH Mustofa Bisri: Gus Mus Ulama yang Sastrawan, Berikut ini Karya-karyanya

11 Agustus 2022

78 Tahun KH Mustofa Bisri: Gus Mus Ulama yang Sastrawan, Berikut ini Karya-karyanya

KH Mustofa Bisri atau Gus Mus pada 10 Agustus 2022 berusia 78 tahun. Berikut profil dan karya-karya sang ulama yang sastrawan ini.

Baca Selengkapnya