TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia terus membangun pabrik semen di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Padahal sebagian penduduk setempat masih menggugat ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya. (Baca: Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?)
Sebelumnya, PT Semen Indonesia berencana membangun pabrik di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang juga termasuk Pegunungan Kendeng. Rencana itu kandas karena warga, yang diwakili tokoh masyarakat Samin, Gunretno, menang hingga tingkat Mahkamah Agung. (Baca: Ganjar Pranowo: Gara-gara Investigasi Tempo Saya Dimarahi)
Direktur PT Semen Indonesia Suparni mengakui perusahaannya memang menyerah di Pati. “Pati adalah kawasan bentang alam karst, sama dengan Blora dan Grobogan. Sedangkan Rembang tidak,” ujarnya. “Karena itu, tidak ada salahnya melakukan penambangan batu kapur di sana,” ucap Suparni saat Tempo bertandang ke kantornya, Senin, 31 Agustus 2015.
Menurut Suparni, Rembang dipilih perusahaannya karena batu kapur di sana memenuhi syarat dan berdeposit besar. “Ketebalannya juga luar biasa banyak. Tingginya sampai 420-an meter dari permukaan laut.”
Suparni menjelaskan, sebagai perusahaan semen nomor 1 di negeri ini, PT Semen Indonesia memiliki market share 43-44 persen. Sedangkan pada waktu normal bisa mencapai 56 persen per tahun. PT Semen Indonesia membutuhkan lokasi yang memiliki bahan baku, infrastruktur atau fasilitas distribusi, dan pasar. “Di Rembang itu ada bahan baku, ada akses ke jalan Jawa bagian utara. Pelabuhan juga dimungkinkan, karena ada laut di sana.”
Hingga kini, para penolak pabrik semen masih tinggal di “tenda perjuangan” di kawasan pabrik PT Semen Indonesia. Sutaji, 48 tahun, ibu asal Kelurahan Tegaldowo, Kecamatan Gunem, menuturkan para penduduk akan terus menolak pabrik PT Semen Indonesia beroperasi di sana. “Ini tanah tak akan kami jual. Akan kami turunkan ke anak-cucu.”
(Selengkapnya, baca majalah Tempo: Izin Janggal Bukit Kapur)
TIM INVESTIGASI TEMPO