Pedagang Tantang Sultan: Bertapa Diapit Dua Beringin

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Minggu, 13 September 2015 16:47 WIB

Sri Sultan Hamengku Bawono (kanan) bersama dengan istri GKR Hemas (kedua dari kanan) pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Jumenengan Dalem adalah peringatan akan peristiwa naik tahta Sultan HB X di keraton Yogyakarta. TEMPO/Pius Erlangga.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Lima pedagang kaki lima melakukan aksi tapa pepe atau berjemur di depan Keraton Yogyakarta, Ahad, 13 September 2015. Mereka menuntut Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X bertindak adil atas sengketa tanah yang mereka tempati untuk berdagang.

Lima warga yang merasa dianaktirikan itu adalah Budiono, Agung Budi Santoso, Sutinah, Sugiyadi, dan Suwarni. Kelimanya merupakan pedagang di Jalan Brigjen Katamso, Kota Yogyakarta. “Kami ingin tetap bertahan di sana," kata Agung.

Dalam tradisi Kasultanan Yogyakarta, tapa pepe dikenal sebagai bentuk penyampaian aspirasi rakyat kecil kepada raja. Petapa berdiri di antara dua pohon beringin di Alun-ulun Utara. Mereka berjemur di bawah terik matahari dan menghadap ke arah Keraton Yogyakarta. Harapannya, aksi itu mendapat perhatian dari raja.

Berita Menarik
Icha Dijemput Ajal Beberapa Jam Selepas Diwisuda
Polisi Pemerkosa dan Pembunuh Itu Akhirnya Menunggu Maut


Sengketa tanah ini bermula pada gugatan Rp 1,12 miliar yang dilayangkan Eka Aryawan kepada kelimanya. Dengan mengantongi surat kekancingan (hak pinjam-pakai) tanah milik Sultan nomor 203/HT/KPK/2011, Eka mengklaim sebagai pemilik izin sah atas tanah seluas 73 meter persegi, yang di antaranya ditempati pedagang.

Adapun Agung berharap Sultan mencabut surat kekancingan yang diberikan kepada Eka. "Surat tersebut sudah dipakai sewenang-wenang,” ucapnya. Alasannya, ujar Agung, pedagang menempati tanah itu sejak puluhan tahun lalu. "Kami di sana sejak 1960."

Pada pedagang menggelar aksinya dengan didampingi kuasa hukum mereka yang diutus Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta. Selama 30 menit melakukan aksi tersebut, tidak satu pun perwakilan Keraton datang untuk menerima aspirasi para pedagang.

Kuasa Hukum Eka, Oncan Poerba, menuturkan kliennya mendapat hak dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mendirikan bangunan di lahan itu. Sedangkan pedagang berada di atas lahan yang bukan untuk berdagang. Oncan menantang pedagang agar memperlihatkan bukti penguasaan lahan jika memang menempati tanah itu sejak 1960. "Justru mereka yang melanggar keindahan kota," katanya.

Tentang asal tanah milik Eka, Oncan berujar, kliennya adalah keturunan Tionghoa yang membelinya dari seseorang beberapa tahun lalu. "Beli dari mana, saya tak tahu," ucapnya. Yang jelas, ujar dia, pembelian itu sudah lama terjadi. Meski telah membeli, kliennya tak bisa mengantongi surat hak milik atas tanahnya.

Baca Juga
Toyota Ajukan Hak Paten Untuk Sayap Mobil Terbang
Anak Korban Crane Jatuh Kecewa terhadap Pemerintah


Isu kepemilikan tanah bagi warga keturunan Tionghoa di Yogyakarta mengemuka sejak beberapa waktu lalu. Media massa melaporkan, banyak keturunan Tionghoa yang dilarang memiliki tanah di Yogyakarta. Larangan itu berdasarkan Surat Instruksi Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor K.898/I/A/1979 tentang Penyeragaman Policy Pemberian Hak atas Tanah kepada WNI Nonpribumi.

Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan sengketa tanah yang disebabkan oleh surat kekancingan itu bukan lagi urusan Keraton. Ia mengaku sudah memberi hak kepada seseorang. Jika hak itu diambil orang lain, sengketa itu adalah masalah penerima hak dan orang tersebut.

"Bukan masalah saya," ucap Sultan seusai pemasangan patok kawasan Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis, Bantul, DIY, Jumat, 11 September 2015.

ANANG ZAKARIA

Baca juga:
MU 3-1 Liverpool: Kenapa Kekalahan Ini Selalu Menyakitkan bagi Liverpool?
Ruhut Bicara Soal Kedekatan Rizal Ramli dengan Artis Cantik





Advertising
Advertising

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

1 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

8 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

9 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

15 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

16 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

18 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

23 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

27 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

27 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya