Giliran Lereng Gunung Merapi Terbakar

Reporter

Minggu, 30 Agustus 2015 16:45 WIB

Gunung Merapi terlihat jelas di pagi hari dari kawasan Kaliadem, kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman, Yogyakarta, 20 Juni 2014. TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pasca kebakaran di Gunung Merbabu padam pekan lalu, giliran lereng Gunung Merapi yang terbakar hingga selama tiga hari. Api baru berhasil dipadamkan Minggu 30 Agustus 2015.

"Sejak pertengahan Agustus ini kebakaran di lereng Merapi sudah terjadi di dua titik, namun sudah berhasil dipadamkan semua," ujar Kepala Seksi Wilayah I Taman Nasional Gunung Merapi Nurpana Sulaksono kepada Tempo, Minggu 30 Agustus 2015.

Nurpana menuturkan, sejak Rabu hingga Sabtu petang, 26-29 Agustus 2015, kebakaran di lereng Merapi melanda Blok Genthong, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Api yang meluas membakar pepohonan seperti pinus dan pakis itu baru berhasil diredakan dengan peralatan manual dan dua truk tangki air pada Minggu dini hari.

Sedangkan kebakaran pertama di lereng Merapi terjadi pada tanggal 17-19 Agustus lalu, di kawasan Blok Tempel, Desa Ngargosuko, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. "Perkiraan sementara lahan terbakar 20-30 hektare di lereng Merapi kali ini," ujar Nurpana.
<!--more-->
Nurpana menjelaskan, kemarau yang panas disertai hembus angin kencang membuat kebakaran yang terjadi Sabtu 29 Agustus siang hanya terlokalisir di satu titik merembet ke wilayah sekitarnya dengan cepat sampai Sabtu petang sekitar pukul 21.00 WIB.

Dari pemantauan tim dibantu warga setempat, dampak kebakaran itu membuat alat deteksi dini (Early Warning System) milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di jalur banjir lahar dingin Kali Putih ikut terdampak. "Tapi kami belum tahu alat itu ikut rusak terbakar atau tidak," ujarnya.

Dalam upaya pemadaman kebakaran di lereng Merapi ini, petugas mengerahkan setidaknya 10 ribu liter air untuk membantu pemadaman. Nurpana menuturkan, seperti kasus di Merbabu, diduga kuat penyebab kebakaran di lereng Merapi kali ini juga akibat kecerobohan manusia.
"Ini bukan jalur pendakian, bukan pula sebab erupsi atau gesekan ranting, kemungkinan untuk persiapan mencari ladang rumput hijau saat penghujan nanti," ujarnya.

Koordinator Perlindungan Taman Nasional Gunung Merbabu, Kurnia Adi Wirawan atau disapa Wawan menuturkan, kebakaran lereng Merapi tak ada kaitannya sama sekali dengan peristiwa Merbabu. "Kebakaran di Merbabu sudah padam sejak sepekan lalu, tak ada kaitan apa-apa dengan peristiwa di Merapi," ujarnya.

Balai Taman Nasional Merbabu sendiri sampai sekarang belum ada rencana membuka jalur pendakian akibat kebakaran yang meludeskan lahan sekitar 60 hektare selama Agustus ini.
"Mungkin dua sampai tiga bulan lagi jalur pendakian baru akan kami buka, masih butuh sterilisasi untuk memulihkan kawasan bekas terbakar, termasuk jalur pendakian," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO.

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

48 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya