WADUK JATIGEDE: Ahli Waris Cemaskan Ini Bila Makam Keramat Dipindah

Reporter

Rabu, 26 Agustus 2015 23:26 WIB

Alat berat beroperasi di Sungai Cimanuk, Darmaraja, Sumedang, 2 Agustus 2015. Sungai Cimanuk yang berhulu dari Gunung Papandayan menjadi salah satu sumber utama untuk menggenangi Waduk Jatigede. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Bandung - Soal rencana pengenanngan Waduk Jatigede dalam waktu dekat membuat cemas Ketua Dewan Kebudayaan Sumedang Edah Jubaedah. Menurut Edah, keturunan pemilik tiga situs makam tokoh yang dipercaya sebagai cikal-bakal Kerajaan Sumedanglarang itu memilih tidak dipindahkan dari lokasi genangan waduk Jatigede, Sumedang. “Ada keyakinan, semacam kepercayaan sejak dulu di sana. Ada ‘uga’,” kata dia di Bandung, Rabu, 26 Agustus 2015.

Situs yang dimaksudnya adalah sejumlah makam keramat yang berada dalam kawasan Situs Cipeueut di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja,Sumedang. Lokasinya di sekitar Waduk Jatigede. Di situ, ada tiga makam utama ada dalam Situs Ciepueeut itu yakni Makam Prabu Guru Aji Putih, Makam Ratu Inten Dewi Nawang Wulan, serta Makam Sanghyang Resi Agung. Tiga tokoh itu dipercaya warga Sumedang sebagai cikal bakal pendiri Kerajaan Sumedang Larang.

Edah mengatakan, ‘uga’ yang dimaksudnya adalah ramalan yang berisi larangan pemindahan tiga makam tersebut. “Misalnya kalau Waduk Jatigede jadi, akan banyak keuyeup bodas, kadipaten kapapatenan, memang kondisinya Kadipaten berada di bawah bendungan. Kalau jebol habis Kadipaten dan Tomo,” kata dia.

Menurut Endah, masyarakat yang meyakini “uga” tersebut mempercayai tiga makam tokoh yang dikeramatkan warga itu semacam Pakubumi. Istilahnya, Cipaku. “Cipaku yakni Cicingkeun, Kukuhkeun, ada juga yang mengartikan Tugu Cipaku, penetapan,” kata dia. “Kalau ini dipindah, khawatir malah jadi kendala untuk proses penggenangan selanjutnya. Kalau dipindah bisa terjadi sesuatu.”

Tiga tokoh itu diyakini berkaitan dengan sejarah berdirinya Kerajaan Sumedanglarang. Prabu Guru Aji Putih misalnya, diyakini sebagai pendiri Kerajaan Tembong Agung. “Prabu Guru Aji Putih memiliki anak bernama Prabu Tajimalela, ini yang mendirikan Kerajaan Sumedanglarang, yang sampai sekarang keturunannya masih ada,” kata Endah.

Tokoh Ratu Inten Dewi Nawang Wulan diyakini istri Prabu Aji Putih. Lalu tokoh Sanghyang Resi Agung diyakini sebagai tokoh yang menyerahkan tahta kerajaan Tembong Agung.

Endah mengatakan, penempatan penanda tiga situs makam tersebut yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan situs terapung di atas genangan Waduk Jatigede sudah digenangi. “Misalnya direndam, penanda ini bisa menjadi penggantinya untuk melakukan ziarah. Ruhnya tidak terlalu hilang, tetap berada di tempat yang sama,” kata dia.

Menurut Endah, lembaganya berkepentingan untuk mempertahankan situs budaya di Jatigede sebagai aset untuk pengembangan wisata. “Kalau ada rencanan semacam membuat ‘makam terapung’, ada daya tawar lain kalau ini jadi aset wisata, artinya Sumedang tidak gigit jari,” kata dia.

Waduk Jatigede dinilai tidak bermanfaat langsung bagi warga seputaran waduk itu. “Kalau harus mencari manfaat lain, membidik sektor pariwisata karena aset budaya seperti situs ini bisa menjadi daya tawar Sumedang ke depan,” kata Endah.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Nunung Sobari mengklaim, sudah merekam dan mendata semua situs yang yang ada dalam lokasi genangan Waduk Jatigede. “Sehingga ketika relokasi, ada penanda dan rekaman-rekaman tentang kesenian, kebiasaan ritualnya, upacaranya. Dan kedepan akan dihibahkan ke Museum Jatigede kalau sudah dibentuk,” kata dia di Bandung, Rabu, 26 Agustus 2015.

Seluruhnya terdapat 48 situs di kawasan genangan Waduk Jatigede. Tiga belas yang belum dipindahkan, termasuk tiga makam tokoh yang dipercaya sebagai cikal bakal pendiri Kerajaan Sumedanglarang.

Sepuluh situs yang tersisa akan direlokasi. “Pengertian relokasi itu bukan kawasan yang dipindahkan, site tidak bisa dipindahkan, tapi elemen-elemen situsnya seperti batu atau apa yagn menjadi elemen situs tersebut,” kata dia. Termasuk di dalamnya Situs Tanjungsari dan Astanagede.

Nunung mengatakan, proses pemindahan 12 situs itu masih menunggu kepastian lokasi baru. “Sudah kelihatan arah minta dari turunan pemilik situs, setelah mendapat domisili baru, tempat baru, situs-situs itu akan dibawa ke sana. Tapi penanganannya melalui cara-cara kecagar-budayaan,” kata dia.

Tim ahli yang terdiri dari arkeolog, ahli teknis arkeologis, dengan melibatkan warga akan mengerjakan pemindahan situs tersebut. Nunung mengatakan, pemerintah menyediakan dana Rp 3 miliar untuk pemindahan situs tersebut.

AHMAD FIKRI

Berita terkait

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

13 hari lalu

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang menyediakan berbagai kebutuhan wisata, terutama dengan keunggulan panorama alamnya yang indah.

Baca Selengkapnya

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

13 hari lalu

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

Kerajaan Sumedang Larang adalah cikal bakal bagi Kabupaten Sumedang yang dikenal hari ini. Dan hari ini 22 April ditetapkan sebagai Hari Jadi Sumedang

Baca Selengkapnya

Ketersediaan Air Bersih di Cirebon Raya Rendah, Peneliti BRIN Usulkan Optimalisasi Waduk Jatigede

35 hari lalu

Ketersediaan Air Bersih di Cirebon Raya Rendah, Peneliti BRIN Usulkan Optimalisasi Waduk Jatigede

Peneliti BRIN merekomendasi optimalisasi Waduk Jatigede untuk mengatasi rendahnya tingkat akses air bersih di wilayah Cirebon Raya.

Baca Selengkapnya

Waspada Hempasan Puting Beliung, Simak Tips BNPB Agar Rumah Tidak Porak Poranda

23 Februari 2024

Waspada Hempasan Puting Beliung, Simak Tips BNPB Agar Rumah Tidak Porak Poranda

Khawatir rumah ikut terhantam cuaca ekstrem angin kencang? Tips ala BNPB menarik untuk disimak

Baca Selengkapnya

Puting Beliung Rusak 493 Rumah Warga di Kabupaten Bandung, 10 Rumah di Kabupaten Sumedang

22 Februari 2024

Puting Beliung Rusak 493 Rumah Warga di Kabupaten Bandung, 10 Rumah di Kabupaten Sumedang

Kerusakan rumah akibat angin puting beliung di Kabupaten Bandung lebih besar dibandingkan di Sumedang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Cuaca Ekstrem Angin Kencang Puting Beliung di Rancaekek-Jatinangor

22 Februari 2024

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Cuaca Ekstrem Angin Kencang Puting Beliung di Rancaekek-Jatinangor

BMKG mencatat sejumlah fenomena cuaca di Samudera Hindia, Selat Sunda, dan Laut Jawa sebelum angin kencang puting beliung menerjang Rancaekek.

Baca Selengkapnya

Angin Kencang Mengamuk di Sumedang, Dua Warga Terluka

21 Februari 2024

Angin Kencang Mengamuk di Sumedang, Dua Warga Terluka

Sedikitnya 48 warga di Sumedang terdampak bencana angin kencang dan hujan lebat. 10 rumah rusak disapu angin.

Baca Selengkapnya

Angin Puting Beliung Terjang Perbatasan Jatinangor-Rancaekek, Sempat Diawali Hujan Es

21 Februari 2024

Angin Puting Beliung Terjang Perbatasan Jatinangor-Rancaekek, Sempat Diawali Hujan Es

Wilayah perbatasan Jatinangor-Rancaekek diterjang angin puting beliung. Pusaran angin disertai hujan lebat dan mengandung batuan es.

Baca Selengkapnya

Sesar Baru Penyebab Gempa Sumedang

8 Januari 2024

Sesar Baru Penyebab Gempa Sumedang

Badan Geologi mencatat bahwa kerusakan paling parah dari gempa Sumedang terjadi di Kampung Babakan Hurip, yang dekat dengan Sungai Cipeles.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Gempa Sumedang Terjadi 6 Kali, sejak Malam Pergantian Tahun Baru 2024

2 Januari 2024

Aktivitas Gempa Sumedang Terjadi 6 Kali, sejak Malam Pergantian Tahun Baru 2024

Gempa di Sumedang terjadi hingga enam kali, BMKG menyebut update terakhir aktivitas gempa terjadi pada pukul 21.15 WIB, Senin 1 Januari 2023.

Baca Selengkapnya